Selasa, 14 Juni 2011

Gua Maria Kristus Raja


Barangkali kita tidak akan pernah menyangka, di lingkungan pemukiman yang cukup padat, di tengah kota Semarang yang terus menggeliat dengan aneka bangunan untuk kepentingan bisnis, terdapat sebuah tempat yang indah. Sebuah Gua Maria yang terus menebarkan pesona. Gua Maria Kristus Raja itulah namanya atau orang-orang lebih mengenalnya sebagai Gua Maria Tegalsari karena lokasi dimana gua ini berada ada di Jl. Tegalsari Timur Gg. VIII – IX, Semarang. Masuk dalam wilayah Paroki Atmodirono.

Menurut Yong, salah seorang umat yang punya kepedulian lebih, awalnya hanya ada kapel yang rusak berat. Atas ide Handoyo, Ketua Wilayah setempat, kapel itu kemudian direnovasi sekaligus membersihkan tempat pembuangan sampah yang ada di sebelahnya.

Suatu sore kira-kira pukul 5, Sarjono, sesepuh yang sering dipanggil kakek, sangat terkejut saat melihat penampakan seorang wanita yang sedang memetik bunga mawar. Ia mempercayai bahwa wanita itu adalah Bunda Maria. Sejak saat itu, renovasi kapel dihentikan untuk sementara dan fokus membangun Gua Maria di tempat penampakan itu.

Berkat kerja keras dan semangat ’urunan’ dari umat, Gua Maria akhirnya terwujud dan diberkati oleh Uskup Purwokerto, Mgr. Julianus Sunarka SJ, 7 Januari 2011. Di depan Gua Maria terdapat sebuah kolam berukuran kecil yang airnya sangat jernih. Banyak orang yang sudah mengalami mukjijat setelah berdoa di tempat ini dan mendapat sentuhan air kolam. Mereka disembuhkan dari penyakit stroke, kangker, kista, dan masih banyak lagi. Ada juga yang berhasil memperoleh momongan setelah bertahun-tahun menunggu.

”Jangan mendewa-dewakan air ini karena hal itu salah. Air ini hanya sebagai sarana. Semua bisa terjadi karena iman kita. Dan iman tidak hanya dimiliki oleh orang Katolik saja tetapi orang Islam dan Kristen juga memilikinya. Oleh karena itu, tempat ini terbuka untuk siapa saja, apa pun agamanya. Tidak harus berdoa cara Katolik tetapi sesuai dengan keyakinan masing-masing,” jelas Yong.

Setiap hari jumlah peziarah yang mengunjungi tempat yang dibuka 24 jam ini mencapai ratusan orang sedangkan pada bulan Mei dan Oktober bisa mencapai ribuan orang. Ada pun untuk kegiatan rutin yang dilaksanakan adalah misa tiap Kamis ke-4 dan malam Jumat Kliwon pukul 19.00. Awalnya diadakan di pelataran gua tetapi mengingat cuaca yang sering berubah-ubah, saat ini misa diselenggarakan di dalam kapel.

Demi kenyamanan para peziarah, saat ini sedang dibangun gazebo yang nantinya dapat digunakan sebagai tempat beristirahat. Di samping kapel juga akan dibangun sebuah taman lagi yang nantinya bisa digunakan sebagai tempat bersantai sembari mengobrol.

”Semoga ke depan, kami juga bisa memperlebar akses jalan masuk dan keluar sehingga bisa dilewati 2 mobil agar semakin banyak umat yang mendapat kemudahan saat berkunjung ke tempat ini,” tambah Yong yang bertempat tinggal di Jl. Kawi III/3 Semarang ini, mantap.

5 komentar:

Syam Matahari mengatakan...

kemana saja mas Goen, lama tak berkunjung ke tempat saya nih. hihihi...

Salam
Cyaam

eNeS mengatakan...

Lama tidak mampir nih mas, apa kabar?
Wah guanya menarik banget. Mudah-mudahan akses kesana bisa lebih mudah agar umat kristiani bisa lebih nyaman jika berkunjung kesana

Anonim mengatakan...

Dan memang iman yang menciptakan keajaiban-keajaiban. Seorang yang beriman mampu melihat nilai dari makhluk sekecil semut sekalipun.

Tulisan ini sangat menarik utk memberi tempat bagi non-Katolik utk memahami cara pandang umat Katolik.

Salam.

munir ardi mengatakan...

Di Sulawesi tepatnya di Soppeng ada juga Gua Maria Bang, apa kabar nih hampir satu tahun tidak berkunjung kesini

Mas Jier mengatakan...

Wah Pak Goen lama nggak posting
Gua yang bagus pak