Senin, 26 April 2010

Tertib

“Kalau sudah ketahuan siapa arsiteknya, pasti bisa ditemukan data-data pendukung yang lain, Mas. Mereka (maksudnya orang luar) kan sudah terbiasa TERTIB, beda dengan kita,” tegas Pak Kris.

TERTIB. Ya, TERTIB. Tak urung kata ini memaksaku mengingat kembali kejadian beberapa hari yang lalu. Waktu itu aku sedang dalam perjalanan mengantar istriku ke tempat kerjanya. Lagi enak-enaknya berkendara, tiba-tiba aku menyaksikan seorang pengendara di depanku terjatuh dari sepeda motornya. Rupanya, karena menghindari pengendara lain yang memotong jalan seenaknya, ia tidak bisa mengontrol kendaraannya. Alih-alih segera mengurusi kendaraannya, ia malah berusaha mengejar pengendara itu. Tapi karena tidak berhasil, ia hanya bisa mengumpat-umpat tak karuan. Belum lagi dingin kejadian ini, aku melihat kejadian lain yang membuatku geleng-geleng kepala. Seseorang dengan seenaknya, dari dalam mobil, membuang bungkusan plastik berisi minuman ke jalanan. Tanpa rasa malu. Tanpa perasaan bersalah.

Dan hari minggu kemarin, hal yang ‘sama’ terjadi di lingkungan gerejaku. Waktu itu aku menyaksikan deretan sepeda motor yang ‘tidak diparkir semestinya’. Sepeda-sepeda motor itu tidak menempati tempat parkir yang sudah disediakan tetapi malah memenuhi samping gereja sehingga mengganggu umat yang akan mengikuti misa. Lebih ironis lagi, ternyata para pemilik sepeda motor itu adalah pengurus gereja yang seharusnya dapat memberi contoh yang baik.

Sebenarnya, jika dijelaskan lebih lanjut, akan ada lebih banyak contoh yang bisa dikemukakan. Intinya cuma satu: sedari dulu kita memang tidak terbiasa untuk TERTIB. Tidak terbiasa di sini tentu saja bisa diganti dengan padanan kata yang (mungkin) lebih tepat yaitu TIDAK MAU.

Akibat TIDAK MAU, ada begitu banyak persoalan yang kini dihadapi oleh negeri ini. Sampah yang menumpuk tidak pada tempatnya, yang mengakibatkan sungai-sungai tak lagi mampu mengalirkan air, yang membuat lingkungan menjadi kotor; lalu lintas yang makin semrawut dengan angka kecelakaan lalu lintas yang terus naik setiap tahunnya; aneka penggusuran dengan beragam konflik horizontalnya; lingkungan yang semakin rusak karena keserakahan yang tidak berujung; korupsi dan kolusi yang makin menggurita, yang menjadi nilai hidup yang terus diperjuangkan; maraknya ‘markus’ di berbagai bidang kehidupan; dan masih banyak lagi yang lain.

Apakah kita ingin membiarkan hal itu terus berlanjut? Tentu tidak. Oleh karena itu, mulai sekarang, saat ini, detik ini, kita harus mau belajar untuk TERTIB. Mulai dari aku. Mau???

Jumat, 23 April 2010

Berubah

Dunia seisinya selalu berubah. Hitungannya bukan tahun, bulan, hari tetapi bisa dalam jam, menit, bahkan detik. Ada menjadi tiada, sedih berganti bahagia, berhasil berkawan erat dengan kegagalan, mencintai berubah menjadi membenci, dan masih banyak lagi yang lain. Pun sebaliknya.

Begitu pun yang aku rasakan dalam rangkaian hari di bulan ini. Rasanya apa yang dulu meluap kini terasa begitu datar bahkan terkesan semakin hilang. Semangat yang dulu berkobar, kini seakan layu bagaikan nyala lilin yang terus-menerus tertiup angin hingga akhirnya menyebabkannya padam. Pikiranku terasa beku. Tanganku pun seakan begitu berat untuk menuliskan sejumput kata. Hingga, aku semakin terlelap dalam ketidakberdayaan. Entah apa pastinya yang menyebabkan semua itu. Berbagai kesibukan yang membuatku lelah, ide yang hilang, atau mungkin juga karena semangat yang kini memang sudah berubah.

Wajar. Barangkali hanya itulah yang bisa dikatakan karena semua memang harus berubah. Namun, semoga perubahan itu tidak menyebabkan semua menjadi sia-sia. Aku harus kembali berubah. Bukan menjadi lebih buruk tetapi berusaha ke arah yang benar dan baik. Berusaha mengembalikan semangat yang hampir padam. Menggairahkan segala indra untuk kembali merangkai kata-kata. Demi ‘rumah maya’ku dan juga sahabat-sahabatku. Sungguh karena kalianlah aku ingin kembali berubah.

Rabu, 14 April 2010

Inikah Bangsaku?

Inikah bangsaku?
yang katanya orang-orangnya ramah,
murah senyum, rukun, penuh kebersamaan
tapi, lihatlah…
mereka kini terus bersitegang,
saling caci maki, lempar batu,
saling pukul, saling injak, bahkan saling bunuh
yang tidak berdaya malah semakin dianiaya
yang minta tolong tidak pernah digubris

Inikah bangsaku?
yang katanya gemah ripah loh jinawi
dengan kekayaan alam yang melimpah ruah
tapi…….
mengapa semakin banyak orang dicengkram kemiskinan
mereka tidak tahu harus makan apa
mereka bingung
karena rumah-rumah mereka sudah digusur
demi alasan yang tidak pernah mereka mengerti
sementara yang sedang punya kekuasaan
malah berfoya-foya dan bergelimang harta haram
demi mencari kepuasan duniawi tiada henti

Inikah bangsaku?
Kapan semuanya akan berubah menjadi baik?

Selasa, 13 April 2010

Kasih, Dimana Engkau?

Kasih, dimana engkau?
lihatlah kami yang makin tenggelam dalam angkara
para pejabat dan petinggi saling cakar
dan mencari-cari kesalahan
demi melindungi kebusukan yang mulai berbau

sementara di antara kami
saling memerangi dan bertindak anarki
demi ego pribadi atau kelompok

lihatlah anak-anak kami
yang sedari dini terbiasa
memainkan kekerasan dalam video game
atau game online

juga televisi
yang mulai pagi hingga malam tiba
menyajikan begitu banyak kekerasan
yang dibungkus sedemikian rupa
caci-maki, saling hasut, perselingkuhan,
kebencian, berpikir licik
seolah-olah menjadi menu wajib
yang harus terus kami resapi

Kasih, dimana engkau?
Masihkah engkau tinggal di hati kami?

Minggu, 11 April 2010

Kembali (lagi)

Ya, benar. Aku kembali posting hari ini. Udah seminggu lebih blog ini nggak update. Dan karena nggak update itulah, terjadi beberapa perubahan di blog ini. Yang paling mengenaskan mungkin masalah PR. Kalau kemaren saat nyempetin waktu buat blogwalking, beberapa sahabat muji-muji pakdhe Google yang teramat baik karena udah naikin PRnya, tapi bagi blog ini pakdhe Google justru bersikap sebaliknya. Dengan kejamnya, ia merubah PR blog ini yang semula 3 menjadi tanda tanya (?) alias nggak dimengerti. Sedih, kecewa… itu pasti. Tapi biarlah, toh PR hanya sekedar sebuah penanda. Ada hal lain yang lebih penting.

Trus masalah shoutchamp yang error. Blog yang udah aku buka dengan alamat yang benar, tiba-tiba berubah tampilannya jadi tampilan web milik shoutchamp. Aku ulangi beberapa kali hasilnya sami mawon. Akhirnya, dengan berat hati aku mengganti shoutchamp dengan sbox. Dan syukurlah, masalah selesai sampai di sini.

Perubahan selanjutnya adalah masalah jumlah pengunjung. Dari hari terakhir aku update hingga hari ini, jumlah pengunjung terasa semakin berkurang. Terus terang ini juga karena kesalahanku. Karena nggak berkunjung aku juga nggak dikunjungi. Itu hukum yang enggak tertulis. Makanya, aku minta maaf kepada para sahabat karena aku belum berkunjung lagi ke tempat kalian.

Akhirnya, aku bersyukur karena hari ini aku sudah kembali. Kembali update, kembali berkunjung ke tempat para sahabat, dan kembali meramaikan dunia maya yang begitu indah ini.

Jumat, 02 April 2010

300

Barangkali 300 bukanlah angka yang istimewa. Namun kali ini, 300 menjadi sesuatu yang spesial untukku. Ia adalah suatu pencapaian yang aku raih hari ini. Ia adalah jumlah postinganku selama hampir 17 bulan menggeluti dunia maya khususnya blog.

300 tidak akan menjadi apa-apa jika setelah ini aku hanya diam sembari memandangi dengan takjub angka tersebut. Aku harus terus berusaha. Maju dan berkembang untuk menghasilkan tulisan yang lebih baik.

300 terasa semakin istimewa karena selama rentang waktu pencapaian tersebut, ada banyak sahabat yang terus datang dan singgah di rumah sederhanaku ini. Para sahabat yang memberikan perhatian, dukungan, penghargaan, dan juga penghiburan. Semua itu menjadi motivasi terbesar dalam karya-karyaku. Untuk itu, hanya terima kasih yang senantiasa aku ucapkan untuk kalian.

Dan, pada postinganku yang ke-300 ini, aku juga akan memajang beberapa Award dari sahabat-sahabatku.

Award dari Mbak Clara;


Award dari Mbak Reni;

Award dari Mbak Restry;

Award dari Newsoul;

Award dari Mbak Ajeng;

Award dari Pak Shammel;

Award dari Mas Megi;

Award dari Mbak Seiri;

Award dari Pak Munir;