Minggu, 13 Mei 2012

Pensil

Seorang anak sedang menggambar. Dengan pensil di tangannya, ia membuat gunung. Di atas gunung, ia membentuk sebuah bulatan yang tidak begitu besar dengan garis-garis kecil mengelilingi bulatan itu. Rupanya itu adalah gambar matahari. Lalu di bawah gunung, ia menggambar sawah yang membentang luas. Di sawah itu, ia meletakkan hamparan padi dengan para petaninya. Beberapa saat, ia memandangi hasil pekerjaannya yang hampir rampung. Ahh… rupanya masih ada yang kurang di sudut itu, gumannya. Ia segera mengayunkan pensilnya. Tiba-tiba ia berhenti. Pensilnya sudah tumpul. Dengan sigap, diraihnya rautan yang tergeletak di sampingnya. Sret… sret… sret… berkat rautan itu, pensilnya kembali tajam. Kita adalah pensil itu. Pensil yang digunakan Tuhan untuk menggambarkan karya-karya-Nya. Mungkin kita akan heran dan protes karena gerakan tangan-Nya tidak bisa diduga. Kadang ketika kita ingin menggambar matahari, Ia malah membuat gunung. Saat kita ingin membuat coretan yang kita sendiri tidak tahu maknanya, Ia justru membuat goresan yang penuh arti. Mungkin pula kita akan merasa begitu kesakitan karena Ia tidak segan-segan meraut kita dengan kasih-Nya. Semua itu dilakukan-Nya dengan penuh cinta. Cinta yang tidak berkesudahan. Cinta yang tidak pernah kering. Cinta yang begitu meluap-luap. Untuk kita pensil kesayangan-Nya.

3 komentar:

Sukadi mengatakan...

Imajinasi masa kanak-kanak, menggambar pemandangan, dengan gunung, matahari, sawah dan setapak jalan.. meskipun terkadang tak sesempurna imajinasi itu sendiri.

Amirul Ikhsan mengatakan...

Mantep tulisannya, salam kenal ya :)

eha mengatakan...

Pernah membaca ilustrasi 'pensil' di fb dg versi yg beda dikit. Tp versi apa pun, emang bagus buat perenungan. Aku tunggu tulisan berikutnya :)