Sabtu, 09 Juli 2011

Gadis Kecilku


Elisabeth Valensia Rosemary. Itulah nama gadis kecil itu. Gadis berparas manis dengan rambut dipotong pendek dan tubuh yang tergolong kurus. Saat ini ia bersekolah di sebuah SMP swasta terkenal di kotaku. Kelas 2.

Sudah 2 tahun ini aku tergila-gila pada Valen, sapaan akrabnya. Aku benar-benar jatuh cinta kepadanya. Entah sejak kapan perasaan ini muncul dan mengapa, aku benar-benar tidak mengerti. Semuanya terjadi begitu saja. Mengalir dan terus berkembang hingga hatiku benar-benar dikuasai olehnya.

Mungkin, semua berawal dari keisengan yang aku buat untuknya. Iseng? Ya benar, iseng. Waktu itu ia masih kelas 6 SD. Lewat teman akrabnya yang kebetulan juga aku kenal, aku berhasil mendapatkan nomer hapenya. Berbekal nomer hape, aku mulai ‘mengerjai’nya dengan berpura-pura menjadi orang lain yang ingin berkenalan dengannya. Padahal kami sudah saling mengenal meski tidak akrab karena tantenya adalah temanku satu paguyuban di Pendampingan Iman Anak (PIA).

Dan sms demi sms pun mengalir. Awalnya hanya saling menyapa dan bertukar kabar. Perkembangan selanjutnya, sms berubah menjadi dukungan untuknya karena saat itu ia sedang mempersiapkan diri menghadapi ujian akhir untuk kelulusannya.

Hari demi hari. Minggu demi minggu. Mengirim sms untuknya seolah-olah telah menjadi kebutuhan yang harus terus aku lakukan. Jika hal itu terlewat, terasa ada yang kurang dalam hidupku. Lewat sms-sms itu, aku menjadi lebih akrab dan semakin akrab dengannya. Dan tanpa kusadari, benih-benih cinta dalam hatiku tumbuh bak jamur di musim hujan.

Namun, kedok mesti dibuka. Tidak ada gunanya terus bermain ‘rahasia’. Dan saat semuanya terbuka, tidak ada kekagetan yang teramat sangat. Tidak ada histeria yang muncul. Semua berjalan biasa saja. Rupanya Valen sudah bisa menebak, siapa sebenarnya orang yang ada dibalik sms-sms yang terkirim di hapenya. Terus terang aku sedikit kecewa karena tidak berhasil memberikan surprise tapi segera hal itu terkubur oleh kebahagiaan karena sudah tidak ada hal yang perlu ditutup-tutupi lagi.

Sejak saat itu, bersama istriku, aku mulai sering berkunjung ke rumahnya. Ngobrol, menemaninya melakukan aktivitas entah belajar, membaca komik, bermain game, atau saat membuat kerajinan tangan. Kadang kami (aku, istriku, Valen, adik, dan tantenya) melakukan aktivitas di luar. Makan nasi kucing di warung yang tak jauh dari rumah. Menonton pameran. Juga berdoa bersama di Gua Maria Kerep Ambarawa.

Cintaku pun semakin mendalam. Aku semakin mengasihinya. Saat ada di dekatnya aku selalu ingin memeluknya erat, mengecup keningnya, dan berlama-lama memandang bening matanya yang begitu indah.

Mencintainya berarti mau menerima kelebihan dan kekurangannya. Mencintainya adalah keterbukaan dan kerelaan hati untuk melihatnya tumbuh bebas menggapai cita-citanya. Mencintainya menjadi kesempatan bagiku untuk terus membahagiakannya lewat aneka perbuatan dan untaian doa.

Aku bersyukur bertemu dengan gadis kecilku. Ini adalah rencana Tuhan yang begitu indah dalam hidupku. Meski tidak mempunyai hubungan darah tapi saat ini ia telah menjadi anak, keponakan, dan mutiara yang sangat berharga bagiku.

3 komentar:

Nadia K. Putri mengatakan...

wah... cantik yaa anaknya... anak gadisnya ya pak? semoga, dia sehat selalu..

Yudi Darmawan mengatakan...

belum pernah liat mamanya,
tapi pasti cantiknya nurun dari mamamnya, hehe

eha mengatakan...

manusia memang dibekali kapasitas yang luar biasa u menyayangi. Berbahagialah yang mampu menujukan kasih sayangnya kepada orang2 yg tepat dg porsi yg tepat pula.