Selasa, 05 Juli 2011

Jenuh Berbuat Baik?

“Kok bisa begitu ya, padahal dia itu kan panutan buat saya?” ujar mas Y geleng-geleng kepala saat mendengar cerita istriku tentang mbak V.

“Hehehe… itu kan mungkin saja.. barangkali dia memang lagi jenuh berbuat baik?” kata A, istrinya, menimpali. “Barangkali karena selama ini ia merasa tidak ada gunanya berbuat baik,” tambahnya.

“Berbuat baik kok pakai jenuh segala. Aneh?” ujarku saat mendengar percakapan itu.

Itulah salah satu obrolan ringan pagi ini saat aku dan istriku berkunjung ke rumah ‘adik’ sekaligus sahabat untuk suatu keperluan. Obrolan yang masih saja terngiang-ngiang di pikiranku hingga saat ini.

Mengapa jenuh berbuat baik? Apakah memang karena merasa tidak berguna berbuat kebaikan? Barangkali kata ‘jenuh’ memang tidak tepat karena yang lebih pas adalah ‘tidak’. Tidak (mau) berbuat baik karena lingkungan di mana seseorang hidup dan bergaul memang menghendaki demikian. Berbuat baik dipandang sebagai sebuah kesia-siaan belaka dan masuk kategori ‘konyol’ karena mayoritas lebih memilih berbuat sebaliknya.

Lalu, bagaimana dengan mbak V? Mengapa ia yang selama ini dikenal orang sebagai perempuan berwajah cantik yang dewasa dalam sikap dan kepribadian bisa mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan orang lain?

Pertama, tidak ada yang kekal di dunia ini. Semua akan mengalami perubahan. Satu hal yang harus selalu disadari; ketika aku berubah, aku akan berubah ke arah mana? Menjadi lebih baik atau lebih buruk? Keputusan ada di tangan kita. Dan kita juga yang akan menanggung segala akibat dari pilihan kita.

Kedua, dalamnya laut dapat diduga tapi dalamnya hati siapa tahu. Apa yang tampak di permukaan kadang bisa menipu. Jadi, kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari luarnya saja. Wajah yang cantik atau ganteng, dandanan yang modis dan mengikuti tren, serta pakaian gemerlap berharga jutaan, bukan jaminan bahwa seseorang itu bisa dikatakan baik. Sebab yang lebih bernilai adalah apa yang dikatakan dan dilakukannya.

Terlepas dari itu semua, marilah kita tidak jemu-jemu berbuat kebaikan. Jangan kalah oleh kejahatan tetapi kita kalahkan kejahatan dengan kebaikan yang kita lakukan. Jangan berkata jenuh atau pun tidak. Karena, bila Tuhan juga sudah jenuh dan tidak lagi mau memberi kebaikan kepada kita, apa jadinya kita? Bukankah hidup menjadi tidak berguna lagi?

Tidak ada komentar: