Kang Somad terlihat sedang melamun ketika tanpa disadarinya, Bejo sang sobat datang menghampiri.
“Hayo, pagi-pagi kok udah bengong! Lagi ngelamunin apa Kang?” tanya Bejo sembari tangannya menepuk pundak Somad keras-keras.
Kang Somad terkaget-kaget dan tersadar dari lamunannya. “Waduh, kurang ajar kamu Jo, datang-datang nggak pake permisi malah bikin jantung copot...” teriak Kang Somad.
Bejo hanya tersenyum. Ia segera mencari tempat duduk di sebelah Kang Somad sambil tangannya dengan cekatan mengambil pisang goreng di atas meja. “Lagi ngelamunin apa Kang, kok keliatannya serius banget?” ulang Bejo.
“Ngalamun apa, wong aku tadi lagi mikirin film yang diputer kemaren malem itu. Kamu nonton ndak?” sambar Kang Somad.
“Wah, aku ndak hobi nonton film Kang, apalagi kalo muternya di atas jam 9 malem, pasti dech dah aku tinggal tidur.” jawab Bejo. “Film tentang apa sih, Kang?” lanjutnya penasaran.
“Filmnya kalo ndak salah judulnya THE NEGOSIATOR, ceritanya tentang polisi yang bertugas sebagai juru runding sandera. Tiap kali ada penyanderaan, pasti dia yang dipanggil sebab kalo ada dia pasti penyanderaan bisa diatasi dengan baik. Suatu saat, tokoh kita ini dijebak oleh sekelompok orang dalam kesatuannya yang tidak ingin rahasia kotor mereka terbongkar. Mereka dengan keji membunuh sahabat tokoh kita ini dan berusaha menimpakan semua kesalahan kepadanya, “ terang Kang Somad sungguh-sungguh.
“Lalu, gimana kelanjutannya, Kang?” tanya Bejo dengan mimik serius.
“Nah, karena merasa tidak membunuh sahabatnya, tokoh kita ini lalu membela diri. Ia berusaha meyakinkan orang-orang termasuk atasannya tentang hal itu. Namun semua orang ternyata tidak percaya dengan dia apalagi sudah ada bukti-bukti palsu yang memberatkannya. Karena kalut dan terdorong keinginan untuk membuktikan diri bahwa dirinya benar dan mencari siapa dalang sesungguhnya yang ada di balik kematian sahabatnya ini, ia melakukan tindakan ekstrim, menyandera atasannya. Dan, seluruh kota menjadi gempar. Seluruh kesatuan polisi dikerahkan untuk mengepung tokoh kita ini. Terjadi negosiasi yang alot diselingi baku tembak yang cukup menegangkan. Sampai pada akhirnya kebenaran itu tersingkap, terkuaklah dalang di balik peristiwa pembunuhan sahabatnya ini, yang ternyata adalah salah satu sahabatnya yang lain.”
Bejo terlihat manggut-manggut. Dengan tidak sabar ia bertanya, “Trus, apanya yang menarik, Kang?”
“Walah Jo, Jo, apa-apa kok selalu minta dijelaskan!” Kang Somad sejenak menyeruput kopinya yang sudah keburu dingin sebelum meneruskan perkataanya, “Gini: intinya adalah kebenaran. Kebenaran yang harus ditegakkan dan diperjuangkan dengan segala daya upaya, kalo perlu sampai titik darah penghabisan. Tentu kamu masih ingat kasus Munir. Tokoh kita yang satu ini tidak pernah takut untuk mengungkapkan kebenaran. Sampai suatu saat karena dianggap sudah terlalu membahayakan, ia harus dibunuh dengan cara diracun. Sampai kini dalang di balik pembunuhan itu tidak ditemukan (atau memang sengaja disembunyikan agar tidak pernah diketahui). Belum lagi kasus-kasus seperti kasus Tanjung Priok, kasus Trisakti, kasus Semanggi. Kebenaran dari kasus-kasus ini seolah-olah sukar untuk diungkap bagaikan menangkap bayangan di kegelapan malam.” terang Kang Somad.
“Tapi Kang, kita kan ndak bisa berbuat apa-apa. Apalagi kita hanya orang-orang kecil yang ndak punya apa-apa selain diri kita sendiri. Lebih-lebih kalo kita lihat dunia sekarang ini. Wuih, ngegirisi banget. Dunia kita sudah penuh dengan kekerasan. Sudah diliputi banyak kejahatan yang terus dan terus berulang, “ ujar Bejo pesimis.
“Kalo kita hanya menunggu agar kejahatan dan kekerasan itu hilang dengan sendirinya rasanya memang tidak mungkin tapi kita toh masih bisa melakukan sesuatu agar kejahatan dan kekerasan itu lama-lama semakin berkurang. Semua diawali dan dimulai dari diri kita sendiri. Ndak perlu dari hal-hal yang besar dan spektakuler tapi mulailah dari hal-hal kecil yang ada di kehidupan kita. Satu hal yang perlu diingat adalah kesetiaan untuk menjaga agar kebenaran itu tetap berjalan sebagaimana mestinya. Dunia boleh jahat tapi jangan sampai kita ikut larut di dalamnya.” jelas Kang Somad.
Bejo mengangguk-angguk tanda mengerti.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar