Selasa, 29 Juni 2010

Hapeku Tuhanku?

Namanya Joni. Pemuda tanggung anak Pak Wira. Juragan tempe di kampung Sedayu. Orangnya nyentrik dan ‘demen’ sekali dengan yang namanya hape. Setiap ada hape keluaran terbaru ia selalu buru-buru pengen memilikinya. Prinsipnya: aku harus memilikinya terlebih dahulu daripada orang lain, tidak peduli berapa pun harganya.

Kemana-mana, Joni selalu membawa hape kesayangannya yang berjumlah 3 buah. Satu dikalungkannya di leher dan dua lagi ditaruh di saku celananya. Setiap hari ia selalu berkutat dengan tombol-tombol hapenya. Entah menelepon, sms, cari-cari informasi, atau sekedar update status di sebuah situs jaringan sosial yang saat ini lagi digandrungi banyak orang. Tanpa itu semua, Joni merasa hidupnya kosong, sepi, lagi hampa.

Akibat ketergantungan itu, Joni menjadi orang yang ‘autis’, yang tidak lagi peduli dengan lingkungannya. Parahnya, ia juga menduakan Tuhan. Hape juga dibawa dan dihidupkannya saat ia hadir dalam misa di gereja. Dulu, saat belum ada himbauan untuk mematikan hape selama misa, orang yang duduk di sebelahnya pernah dibuatnya terkaget-kaget. Pasalnya, dering hapenya yang terkenal nyaring dan nyeleneh, berbunyi saat orang lain tengah kusyuk berdoa. Nah, karena kejadian itu, Joni lebih berhati-hati. Hape tetap dihidupkannya dengan dering yang dimatikan. Sesekali jari-jemarinya juga asyik menari-nari di tengah misa yang sedang berlangsung.

Suatu hari saat embun baru saja jatuh, Joni sedang dalam perjalanan menuju ke luar kota. Jalanan yang agak gelap dan sepi memacunya untuk menjalankan mobilnya dengan kencang. Namun karena kurang hati-hati, ditambah rasa kantuk yang tiba-tiba menyerang, mobilnya keluar dari jalan dan terjadilah kecelakaan itu. Duerrrrrrr… Sebuah pohon besar di pinggir jalan ditabraknya dengan sangat keras. Mobilnya ringsek tidak berbentuk lagi. Ajaibnya, sesaat sebelum tabrakan itu terjadi, ada sebuah kekuatan yang tiba-tiba mendorongnya keluar dari mobil. Ia selamat dengan luka lecet yang tidak seberapa. Sementara hape-hape kesayangannya kini sudah hancur berkeping-keping.

11 komentar:

Rizkyzone mengatakan...

kok menjadikan HP sebagai tuhannya

Irma Senja mengatakan...

ckckck,....hapenya banyak bgt !

segala yg berlebihan pasti tidak baik ya mas :)

catatan kecilku mengatakan...

Orang yang sudah kecanduan ma HP tuh Mas. Dia gak bisa hidup tanpa HP rupanya. Kasihan....

the others.. mengatakan...

Gara-2 HP kesayangan juga... dia harus kehilangan nyawa. Tragis..!

Nuy mengatakan...

Ck! iyaaa ya zaman sekarang Hp kok seolah dijadikan Tuhan?

Ferdinand mengatakan...

Waduh gawat tuh si Joni.....ke Gereja koQ masih maen HP toh....itu sih keterlaluan Mas hhe......

secangkir teh dan sekerat roti mengatakan...

wiii..
bener juga kang.. tapi susah juga kalo gak punya hape :)

Blogger Indonesia dukung internet aman, sehat & manfaat mengatakan...

wkwkwk...
rusak tuh hape,,kasiann

Laksamana Embun mengatakan...

Pembelajaran yang sangat berharga... Nyawa kita lebih berharga dari sebuah HP.. ":)

Panitia Festival Penulis dan Pembaca Kristiani 2010 mengatakan...

Mas Gun, mungkin berminat untuk ikut lomba menulis cerpen yang diselenggarakan penjunan?

Info lengkap dapat Mas klik di Lomba Menulis Cerpen Kristiani

Unknown mengatakan...

Heheheh kiasan kata yang bagus mas..
kalo orang gak mengerti dikira apa gitu...hape kok Tuhan

Mas Goen bisa minta tolong komen di postinganku yang ini ya?
thanks sebelumnya

http://www.itikholic.com/2010/06/speedy-dengan-konten-barunya.html