Kamis, 06 Januari 2011

Negeri Para Maling


Di sebuah dunia antah berantah, tersebutlah sebuah negeri yang makmur. Tanahnya subur. Lautnya luas dengan berjuta jenis hewan laut. Hutannya pun menghijau dari ujung barat hingga ujung timur. Penduduknya yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani, hidup sederhana, ramah, dan suka menolong.

Entah kenapa, perlahan namun pasti, perubahan terjadi di negeri itu. Kekayaan alam yang melimpah membuat orang menjadi rakus. Hasil bumi dikeruk tanpa henti. Pohon-pohon di hutan terus digunduli dengan alasan untuk pemukiman dan pembangunan. Gedung-gedung semakin banyak dibangun tanpa pernah memikirkan lingkungannya. Dan parahnya... banyak penduduk di negeri itu tidak lagi memandang kesederhanaan, keramahan, dan sikap saling tolong-menolong, sebagai nilai-nilai yang harus diperjuangkan.

Beberapa dari mereka, berubah menjadi maling. Maling terhormat, itu istilah kerennya. Di luar tampak necis dan wangi dengan pakaian dan aksesoris super mahal yang didatangkan dari negeri lain tapi ternyata di dalam, busuk dan berulat. Mereka terus mengeruk keuntungan untuk memperkaya diri sendiri. ”Persetan dengan orang lain. Emangnya gue pikirin!” begitu kalimat sakti yang menjadi mantra dalam kehidupan mereka.

Para maling terus memperbanyak diri. Mereka saling berlindung dan membentuk jaringan yang semakin kuat. Sementara, sebagian besar penduduk negeri itu hidup semakin susah. Kesejahteraan seakan-akan semakin jauh dari kehidupan mereka akibat ulah para maling.

Para maling semakin jumawa. Tidak ada lagi yang dapat mengganggu mereka. Pun dengan hukum yang menjadi panglima tertinggi di negeri itu. Seakan semua takluk dan bertekuk lutut di bawah kaki para maling.

Ah, akankah negeri itu terus menjadi surga para maling? Akankah para maling terus tertawa di atas penderitaan orang lain? Tidak ada yang bisa menjawab secara pasti... hanya satu hal yang harus selalu diingat... TIDAK ADA YANG ABADI DI DUNIA INI... TIDAK ADA GUNANYA MENDAPATKAN SELURUH ISI DUNIA INI JIKA ENGKAU SUDAH MATI...

9 komentar:

megi mengatakan...

met pagi gan ^^

dah lama gak mampir nih :D

non inge mengatakan...

yup, semua tidak akan kita bawa saat kita meninggal nanti >.<

Darin mengatakan...

Maling memang selalu begitu. Rakus dan tak pernah puas diri.

Celakanya, mental itu ada di diri para pengambil keputusan :(

catatan kecilku mengatakan...

Negeri para maling... benar2 membuat rakyatnya tak nyaman tinggal disana.

the others.... mengatakan...

Maling dimana-mana sama... entah itu di negara antah berantah, entah itu di manca negara... semuanya mementingkan diri sendiri.

abeng beng /arjopedal mengatakan...

salam sobat mampir lagi ni daahlamagak mampir

MEDICANITA mengatakan...

mampir di senja hari..


memang parah nih maling2

:(

Nurdiana Atmanagara mengatakan...

Sangat miris memang melihat tingkah laku mereka yang tak tahu malu

Ello Aris mengatakan...

setuju, negeri para maling