Senin, 17 Januari 2011

Pohon Mangga di Depan Rumah

Aku masih ingat, pohon mangga di depan rumah itu di tanam bapak saat aku berumur 5 tahun. Awalnya hanyalah sebutir biji mangga yang dibuang begitu saja oleh bapak di pekarangan rumah. Dari biji yang mati, perlahan mengeluarkan tunas, dan beberapa hari kemudian, daun-daun muda mulai bermunculan. Atas inisiatif bapak, tanaman itu kemudian dipindahkan di depan rumah. “Biar nanti saat menjadi besar, bisa menjadi peneduh untuk rumah kita. Toh buahnya juga bisa dinikmati,” begitu kata bapak saat ditanya.

Dua puluh tahun berlalu. Pohon mangga di depan rumah itu telah menjulang tinggi. Batangnya besar dan kokoh. Daun-daunnya begitu rimbun dan menghijau. Bapak dengan telaten merawat pohon mangga itu. Setiap sebulan sekali, ia menaburkan pupuk di sekeliling tanaman. Harapannya, pohon mangga itu segera menghasilkan buah. Tapi harapan hanya tinggal harapan. Meski berbagai cara sudah dilakukan, pohon mangga di depan rumah itu tidak menampakkan tanda-tanda akan segera berbuah.

Tiga tahun kemudian, setelah bapak sudah merasa lelah dengan berbagai usaha yang dilakukannya, dan mulai ’cuek’ dengan keberadaan pohon mangga itu, hal yang tidak diduga-duga terjadi: pohon mangga itu berbunga! Bunganya tumbuh sangat lebat hingga memenuhi dahan dan rantingnya.

Dari bunga menjadi bakal buah. Bakal buah yang semula kecil perlahan-lahan membesar menjadi buah yang sempurna, matang hingga siap untuk dipanen. Dan saat panen tiba, kegembiraan kami begitu meluap. Sebagai ungkapan syukur, sebagian besar hasil panen, kami bagikan ke para tetangga.

Pohon mangga di depan rumah itu masih kokoh berdiri. Darinya, kami mendapatkan hikmah yang sangat berharga. Tentang kesabaran dan kepasrahan yang harus dibarengi dengan usaha yang tidak kenal lelah. Tentang kepercayaan. Percaya bahwa kehendakNyalah yang terbaik. Juga sikap saling berbagi. Karena apa yang sudah kita terima hanyalah titipan dariNya, yang hendaknya juga kita bagikan kepada orang lain. Dengan demikian, kita akan menjadi saluran berkat untuk orang lain. Semoga.

4 komentar:

Seiri Hanako mengatakan...

hmmmm
cerita yang sangat inspiratif untuk tetap sabar
karena segala sesuatu ada waktunya

^__^

Sukadi mengatakan...

kadang yang terlalu diharap tidak kunjung tiba, namun saat di ikhlaskan ternyata dia datang...
terimakasih ceritanya Pak, inspiratif.. :)

Unknown mengatakan...

kesabaran dan pengorbanan yang berbuah maniss.....moga kita makin dikuatkan..

Samuel mengatakan...

sabar itu emas.... ^^