Minggu, 27 Desember 2009

Si Kecil Bimo

Malam Natal di sebuah panti asuhan di pinggiran kota. Bu Sinta baru saja selesai menceritakan kisah Natal kepada anak-anak panti yang berkerumun di hadapannya. Sejenak ia menghela nafas. Ditatapnya satu per satu anak-anak itu. Wajah-wajah mereka terlihat penuh dengan kegembiraan.

“Nah anak-anak, setelah kalian mendengar cerita dari ibu, ada tugas yang harus kalian selesaikan,” kata Bu Sinta sambil meraih beberapa lembar kertas yang sudah dipersiapkannya sejak tadi. “Kalian ibu minta membuat sebuah hiasan natal dari kertas ini. Terserah kalian mau membuat apa tapi ibu berharap, apa yang kalian buat adalah persembahan terbaik untuk Tuhan…” tambah Bu Sinta sambil membagikan lembaran-lembaran kertas itu.

Anak-anak itu langsung saja berhamburan maju ke depan. Mereka dengan tidak sabar mengambil kertas dari tangan Ibu Sinta. Setelah mendapatkannya, mereka segera tenggelam dalam kesibukannya masing-masing.

Beberapa menit berlalu. Si kecil Bimo masih termangu. Ia belum tahu mau membuat apa. Tiba-tiba, kertas yang dipegangnya disobeknya menjadi dua bagian yang sama besar.

Bu Sinta yang memperhatikan Bimo sejak tadi keheranan. Didekatinya anak itu. “Bimo, kamu membuat apa?” tanya Bu Sinta penuh kasih.

Bimo menghentikan pekerjaannya. Ditatapnya Bu Sinta sebelum menjawab, “Bimo mau menggambar bayi, Bu.”

“Kenapa kertas itu harus kamu sobek menjadi dua bagian?” Bu Sinta bertanya lagi. Ia kelihatan belum puas dengan jawaban Bimo.

“Iya Bu, saya mau menggambar dua bayi. Satu bayi Yesus dan satunya Bimo. Saya ingin menemani Yesus di palungan. Pasti Ia kedinginan sendirian terbaring di sana,” jawab Bimo polos.

Bu Sinta tertegun. Ia tidak menyangka akan mendapat jawaban seperti itu. Tiba-tiba bayangan kejadian lima tahun lalu berkelebat kembali di pelupuk matanya yang mulai basah.

Saat itu hujan turun deras sekali. Bu Sinta sedang menata ember-ember di ruang tengah panti untuk menampung air hujan yang jatuh akibat atap yang bocor ketika tangis bayi terdengar keras. Bu Sinta berbegas mencari asal tangisan itu. Dan ketika membuka pintu depan, ia kaget bukan kepalang. Seorang bayi mungil yang hanya terbungkus kain selendang yang tidak begitu tebal tergeletak begitu saja di lantai tanah. Wajah bayi itu terlihat mulai membiru akibat kedinginan. Bergegas Bu Sinta membawa bayi itu ke dalam dan segera memberikan perawatan agar bayi itu dapat tertolong. Bayi itu adalah si kecil Bimo.

(kebaikan sekecil apa pun, akan memberi kehangatan bagi pribadi yang menerimanya)

22 komentar:

munir ardi mengatakan...

kisah yang begitu inspiratif sahabat, senang kembali membaca tulisan-tulisan bermutu dari mas goen

SeNjA mengatakan...

kebaikan sekecil apa pun, akan memberi kehangatan bagi pribadi yang menerimanya)

kalimat penutup yg menginspirasi mas ^_^

Ello Aris mengatakan...

Kisah cantik, yang menggetarkan!

Cukup 2 kata: Luarrr Biasa.

nuranuraniku.blogspot.com mengatakan...

sore mas ..
LUCU YA SI kecil BIMO..
anak yang cerdas sanggup memberi kehangatan dan hiburan bagi sekeluarga mas.

MONOKROM mengatakan...

SAMPEAN SANGAT BERBAKAT MAS . . .
AWESOME INDEED!

Laksamana Embun mengatakan...

Kisah yang bisa membuat orang bergetar hatinya apabila membacanya

Thanks ya kang...

Ninda Rahadi mengatakan...

renungannya mas goen selalu mantapp.. kalimat terakhirnya langsung mengena.

Unknown mengatakan...

setuju dengan Senja....kebaikan sekecil apapun, akan memberikan kehangatan bagi pribadi yang menerimanya....

memang kalimat yang sungguh mendalam dan memberikan inspirasi

freezipe mengatakan...

keren nih postingny

Seti@wan Dirgant@Ra mengatakan...

ternyataBimo mempunyai naluri yang peka terhadap sejarah hidupnya.
Nice story mas...

Kabasaran Soultan mengatakan...

inspiring story kang.

salam buat si kecil Bimo

Unknown mengatakan...

Pemikiran anak kecil sering kali diluar dugaan yah mas.. Nice posting mas, penuh inspirasi.. :)

Fanda mengatakan...

Kisah yg menggetarkan jiwa, mas. Bimo bisa mencintai Tuhan karena ia pun merasa dicintai. Begitu agung ya cinta itu...

Anggi Zahriyan mengatakan...

Hadiah dari kebaikan adalah kebaikan itu sendiri. :)

-Gek- mengatakan...

Selamat Natal ya Mas, maaf baru mampir. :)

Inspiratif story, as always.. :)

Unknown mengatakan...

smoga bimo kelak menjadi anak yang baik dan berguna bagi siapapun,,

nice story mas..

ichaelmago mengatakan...

kisah yang bagus..inspiratif :)

Ivan Kavalera mengatakan...

Luar biasa. Hanya dua kata itu yang ada di benak saya ketik aselesai membacanya. Jujur, saya sangat suka dengan teknik penulisan mas Go3n.

reni mengatakan...

Kisahnya bagus sekali.. demikian juga cara penyampaiannya...
Terharu deh bacanya...

sda mengatakan...

jawaban anak-anak kadang di luar dugaan kita dan makin membukakan mata hati kita.

narti mengatakan...

makasih artikelnya yang menyentuh...
nulis lagi ya.

Arfi mengatakan...

wah.. so amazing.. menyentuh banget,, pokoknya mantap aja deh buat mas cahyadi.. lama gak mampir mas.... ayo mampior ketempatku sambil bawa oleh2 ya.. hehehe