Desa Sedayu geger. Pak Roiz, orang paling dihormati dan disegani di desa itu, mendadak meninggal pagi ini. Semua orang kaget dan tidak percaya karena selama ini, Pak Roiz yang mereka kenal adalah seorang yang penuh semangat dan tidak pernah mengeluh sakit. Namun takdir Tuhan memang siapa tahu. Dan ketika kematian itu menjemput, tidak ada seorang pun yang kuasa untuk menolaknya.
Saat jasad Pak Roiz masih terbujur kaku di ruang tengah rumahnya, dikelilingi keluarganya yang menangis histeris beserta dengan sanak-saudara dan tetangga-tetangga yang lain, nyawa Pak Roiz tengah melayang-layang di sebuah lorong yang gelap, panjang dan berliku. Setelah beberapa saat, nyawa itu pun sampai di sebuah tempat yang sangat indah dan penuh kedamaian.
“Tempat apakah ini?” tanya nyawa itu pada sebuah sosok yang tengah berjaga di pintu gerbang .
“Inilah yang dinamakan sorga. Apakah engkau tidak mengenalnya?” jawab sosok itu yang ternyata adalah seorang malaikat.
“Sorga? Ah… kebetulan, aku sudah memimpikannya sejak lama. Seumur hidupku, aku habiskan untuk bisa masuk ke tempat ini. Dapatkah aku segera masuk ke sana?” nyawa itu terlihat sangat gembira. Bergegas ia melangkah dengan tergesa.
“Eh… tunggu dulu… Engkau tidak boleh masuk!” kata malaikat itu dengan suara keras.
“Loh… kenapa? Bukankah selama ini aku sudah banyak berbuat kebaikan? Sepanjang hidupku, aku selalu mengajarkan kebaikan kepada setiap orang. Orang yang lemah aku tolong, orang yang miskin aku bantu keuangannya. Aku juga banyak menyumbang untuk pembangunan rumah-rumah ibadat. Apakah itu semua belum cukup?!” jawab nyawa itu dengan suara tak kalah keras.
Malaikat itu tertawa. Sejenak dipandangnya nyawa di depannya sebelum menjawab, “Ingatkah, apa yang engkau lakukan beberapa hari lalu di dunia sana?”
Nyawa itu terdiam. Terbayang kembali kejadian beberapa hari lalu.
“Tidak! Sekali lagi aku katakan tidak!” tegas Pak Roiz.
“Tapi pak… bukankah Udin adalah warga desa sini yang dikenal aktif di karang taruna dan berperilaku baik. Mengapa ia tidak boleh dikubur di tempat ini?” tanya pak Kadus sekali lagi.
“Itu masa lalu. Udin yang aku kenal sekarang hanyalah seorang teroris yang tega berbuat kejam untuk sesamanya!” jawab Pak Roiz.
Akhirnya, meski tanah sudah digali, jenasah Udin tidak dapat dikuburkan di Desa Sedayu. Akibat omongan Pak Roiz, hampir semua penduduk desa sepakat menolak jenasah tersebut. Mereka tidak ingin desa mereka dicap sebagai sarang teroris.
“Nah… masihkah engkau merasa pantas untuk masuk surga? Sangkamu perbuatan baikmu sudah cukup… lalu… bagaimana dengan segala dosa yang pernah engkau lakukan? Apakah Tuhanmu akan mengampunimu kalau engkau sendiri tidak mau mengampuni saudaramu yang bersalah?”
Mendengar pertanyaan malaikat itu, sang nyawa pun hanya tertunduk.
Malaikat itu pun kemudian pergi setelah menggerendel pintu gerbang surga dengan gembok yang sangat besar. Kehadiran sang nyawa tidak dihiraukannya lagi.
6 komentar:
Bener banget, Tuhan saja yang maha segalanya bisa mengampuni umatnya, kenapa kita yang Manusia biasa tidak bisa mengampuni sesama...
Nice post sob...
Allah lagi mengampuni umatnya yang membuat kesalahan. keranna itu kita juga harus punya sifat seperti itu. tidak selamanya seseorang iu akan membuat kesilapan tanpa meyadarinya. justru itu kita harus memaafkan kesilapannya agar dia bisa berubah sifatnya menjadi lebih baik.
salam sobat
TUHAN mengampuni segala dosa2nya manusia dan memberikan pintu surga.
masa kita manusia tidak mengampuni segala kesalahan sesama manusia..
selamat idul fitri 1430 H
minal aidhin walfaidzin
maaf lahir dan batin sobat.
waduh..merinding nih bacanya.
bisa jadi renungan untuk introspeksi diri..
renungan yang sangat bagus.
setitik dosa apabila dibiarkan bisa menjadi pemberat saat akan masuk surga...
Tuhan saja mau mengampuni dosa2 kita,
kenapa kita ga mw mengampuni sesama kita..
nice story =)
Posting Komentar