Jumat, 04 September 2009

Ramadhan (bukan) Bulan Penuh Berkah

Barangkali judul di atas kedengaran aneh dan di luar kewajaran. Apa pasal? Sebab judul yang berupa pernyataan itu bertolak belakang dengan pemahaman yang selama ini sudah diterima secara umum. Lalu maksudnya apa? Eh, jangan buru-buru menduga yang tidak-tidak apalagi sampai tersulut emosi, mata melotot hingga tangan terkepal siap untuk melabrak. Nah, biar semuanya jelas, yukkk kita simak uraian di bawah ini...

Beberapa hari lalu, saat hari pertama puasa, seorang teman di kantor berujar, ”Wah, kemaren pak Amin, imam masjid di kampungku hampir pingsan dadakan.”

”Kok bisa begitu, mas?” tanyaku tak mengerti.

”Ya, pasti aja kayak gitu. Lha wong biasanya tuh orang yang datang setiap malam di masjid bisa dihitung dengan jari... eh... kemaren... tiba-tiba aja jumlahnya banyak banget... sampe-sampe ada yang harus menggelar tikar karena sudah tidak ada tempat di dalam masjid,” terang temanku penuh semangat.

”Lah, itu kan pertanda bagus, mas. Berarti sudah banyak orang yang semakin sadar dan mau mendekatkan diri dengan Tuhan,” jawabku sekenanya.

”Sadar apanya! Mosok sadar kok berubah-ubah... awalnya aja banyak... coba aja diliat dalam beberapa hari ke depan... pasti jumlahnya akan semakin berkurang. Lucunya, pas mau tiba Lebaran, masjid kembali penuh. Apalagi saat Idul Fitri... bisa-bisa, jalan di depan masjid nggak bisa dilewati karena saking penuhnya orang yang mau melaksanakan sholat.” tegasnya.

”Ooooooo.....” aku hanya bisa mengangguk-angguk.

Pada hari yang laen, tiba-tiba aja hati ini jadi mangkel berat. ’Nggonduk’ dan entah apalagi. Ini karena ulah temanku. Ia malah enak-enakan bersantai sambil tidur-tiduran di gudang padahal belum tiba waktunya ia harus beristirahat, sementara aku dan beberapa rekan yang lain harus ’berjibaku’ melayani pembeli yang tiada hentinya datang ke toko tempatku bekerja.

”Oke, mungkin ia memang lagi puasa, tapi masak kayak gitu?!” tanyaku dalam hati.

”Mas, orang puasa itu kan nggak makan dan minum seharian... jadi badannya pasti lemes...” jelas sisi hatiku yang laen.

”Lemes ya lemes... tapi itu kan nggak bisa dijadikan alasan untuk membenarkan tindakan yang tidak benar... !”

”Mas... mas... yang sabar tho... orang puasa itu harus dihormati lho...” ujar sisi hatiku, lagi.

”Tapi kan nggak kayak gitu caranya... itu mah namanya menyengsarakan yang laen. Kalau mau dihormati ya harus mau menghormati, gitu hukumnya!” tegas hatiku.

Yah, ramadhan memang seharusnya bulan yang penuh berkah. Namun berkah itu tidak berarti apa-apa bila kita masih saja menjalankan segala kewajiban di bulan ini hanya didasari oleh hal-hal yang lahiriah. Ikut-ikutan biar dianggap baik, sekedar rutinitas yang tidak pernah dihayati, karena ada iming-iming tertentu atau sekedar ingin mendapatkan penghormatan (penghargaan). Segala kegiatan yang dilakukan di bulan ini seyogyanya juga semakin membuat orang menjadi lebih baik, bukannya bisa seenaknya sendiri dan tidak menghargai orang lain.

(mohon maaf jika ada kata-kata yang kurang berkenan karena ini hanya sekedar uneg-uneg yang ’minta’ dikeluarkan. Semoga bermanfaat dan bisa menjadi berkat).

11 komentar:

Yunisa Hidayanti mengatakan...

hmm..bener banget tuh. awal2 puasa..masjid rame. tapi udah tengah2..sepi. nanti akhir2 rame lagi. sebenernya males juga sih kalo rame, isinya kebanyakan anak2 trus pulangnya pada man petasan -_-

Yudie mengatakan...

Yang penting saling menghormati dan saling menghargai Mas.

Semoga para sahabat dan sodara-sodara yang menjalankan ibadah puasa bisa mendapatkan berkah dari Tuhan, amin.

lina@happy family mengatakan...

Memang masih banyak dari kita yang di bulan puasa ini cuma puasa dari lapar dan haus saja...

Kabasaran Soultan mengatakan...

Benar sekali Sobat.

Tapi tetap saja kita harus menyambutnya dengan ....
Marhaban ya Ramadhan

MbahDoyok mengatakan...

iya mas, tempatku sama ajaaaaa

Aryo Halim mengatakan...

ya makanya jaman sekarang nilai apapun bisa terkikis kalau kita tidak hati2 memeliharanya. Contohnya nilai2 agama, atau contoh lain pancasila dan jg nilai2 budaya..bahkan nilai budaya ada yg sudah punah yaitu malu pke kebaya dalam keseharian.. hehehhe

dewi mengatakan...

memang sharus nya jangan jadikan bulan puasa untuk males2 an, kerja tetep jalan n smangat. yang penting saling mnghargai aja n mas gun juga harap sabar hehehh namanya juga lemes .. tp klo dah keterlaluan n nyusahin teman ya namanya memanfaatkan hehehe.. mas ada ewot di t4 q buat mas.. dia ambil ya klo berkenan

Rachel mengatakan...

Begitulah kehidupan sobat. Lepas dari itu semua buatlah diri kita berbeda dan selalu dijalan lurus dan tetap saling menghormati.
Btw, ada tag persahabatan diblogku untukmu sobat. Mohon ditrima ya.

yusfita mengatakan...

semangat! tetap semangat berpuasa tak ketinggalan ke masjidnya. :)

Iklan Gratis mengatakan...

tulisannya sederhana tapi sangat menyentil hati .. jadi malu hati rasanya .. membuat diri intropeksi termasuk yang lahiriah atau yang penghayatan ..
terima kasih mas ..

Mengembalikan Jati Diri Bangsa

Ihdam mengatakan...

mas, mohon maaf sy kritik artikelnya.
mmmmm gmn kalo judulnya diganti jadi "MEMEBNARKAN TINDAKAN YANG SALAH"??