Jumat, 23 Juli 2010

Anak-Anak

Sore makin merapuh berganti dengan malam. Aku masih terdiam di kursi paling belakang ruang Filipus. Anak-anak di depanku sedari tadi masih asyik bernyanyi-nyanyi dan menirukan gerakan-gerakan yang diajarkan oleh para pendamping di depan sana. Ada yang penuh semangat. Ada pula yang nampak kurang bergairah. Baju mereka penuh warna. Wajah mereka beraneka rupa. Ganteng-ganteng dan cantik-cantik. Tingkah mereka begitu polos. Tawa dan senyum mereka dipenuhi dengan kejujuran dan ketulusan. Mereka berbeda tetapi bisa menyatu begitu indahnya.

Berbeda dengan kenyataan itu, beberapa menit sebelumnya, saat berhenti di lampu merah, aku melihat beberapa anak, dengan baju lusuh, pria dan wanita, menadahkan tangan, mengharap belas kasihan dari para pengendara motor atau mobil, demi gemerincing rupiah.

Anak-anak yang gembira sementara di sisi lain, anak-anak ’terpaksa’ (’dipaksa’) ikut berjuang untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang makin hari makin melambung tinggi. Anak-anak yang mendapat perhatian, sementara banyak pula mereka yang kurang atau tidak mendapat perhatian. Anak-anak yang memiliki ayah dan ibu yang saling mengasihi tetapi di satu sisi ada anak-anak yang terpaksa harus memendam kesedihan karena ayah dan ibu mereka harus hidup terpisah akibat perceraian. Dan, anak-anak yang tumbuh dewasa sebelum waktunya akibat menjamurnya tontonan televisi yang tidak mendidik. Pada saat dan waktu yang tidak tepat.

Ah... anak-anak. Dunia yang penuh warna. Dunia di mana mereka seharusnya disiapkan dengan baik. Dengan curahan perhatian dan luberan kasih. Dengan pendidikan yang baik dan tepat. Bukan hanya oleh orangtua tetapi oleh lingkungannya. Karena mereka adalah masa depan.

5 komentar:

Unknown mengatakan...

Memang ironis banget yah.. disatu sisi nampak anak2 yang sangat berbahagia karena tercukupi segala kebutuhannya.. namun disisi lain ada anak2 yang begitu menderita dikarenakan tidak mampunya orang tua tuk mencukupi kebutuhan anak2nya.. Namun pada kenyataannya penderitaan ini malah menjadikan diri mereka lebih dewasa karena keadaan..

Ferdinand mengatakan...

Wah bener2 Miris ya Mas... disatu sisi ada anak2 yg hidup bahagia karena punya keluarga yang utuh dan biarpun ga kaya masih cukup secara materi.. tapi disisi lain ada anak2 yg terpaksa nyari nafkah dijalanan.. bahkan ga pernah lagi tau apa itu Cinta dan kasih sayang karena perceraian orang tuanya....

biarpun telat satu hari aku juga mau ikut ngucapin Selamat Hari Anak Nasional....

Sebelumnya maaf aku telat..... Met akhir pekan Mas....

nuranuraniku.blogspot.com mengatakan...

siang mas,
memang benar fakta terjadi pada kehidupan anak-anak di negara kita mas,
semoga anak2 bangsa kita nanti akan lebih baik dari segalanya.
mari kita demokan GERAKAN NASIONAL SAYANG ANAK.

non inge mengatakan...

selamat hari anak nasional Om ^^

septian mengatakan...

Smoga anak2 Indonesia punya masa depan yang cerah

nice post mas goen ;)