Senin, 05 Juli 2010

Cinta

Cinta Dyah Prameswari. Begitulah nama yang diberikan oleh kedua orangtuanya. Tapi ia lebih suka dipanggil dengan Cinta. Wajahnya manis. Rambut sebahu dengan postur tubuh yang ideal. Umurnya baru genap 27 tahun. Meski begitu jangan ditanya soal kemandirian dan rasa sosialnya. Bersama beberapa teman seangkatannya, Cinta mengelola sebuah Panti Asuhan yang didirikan secara khusus untuk menampung balita dan anak-anak yang terlantar, yatim piatu atau mereka yang dilalaikan akibat perceraian orangtuanya. Panti Asuhan Cinta, itulah namanya.

Cinta kecil adalah anak semata wayang keluarga Prawiro. Saat menginjak bangku kelas V SD, Cinta mengalami sebuah peristiwa yang mengguncang kehidupannya. Kedua orangtuanya bercerai. Sang mama lebih memilih untuk menikah dengan lelaki lain. Sejak saat itu, Cinta yang periang berubah menjadi gadis pemurung. Ia menutup diri dari pergaulan dengan teman-temannya.

Papanya juga terlihat sangat syok dengan kenyataan tersebut. Ia tidak lagi memiliki semangat untuk melanjutkan hidup. Rasa cintanya kepada sang istri rupanya tertanam begitu kuat. Namun semuanya tidak lagi berarti karena hanya bertepuk sebelah tangan.

Setahun setelah peristiwa itu, Cinta kembali terguncang. Kali ini dunia di hadapannya dirasakannya benar-benar runtuh. Papanya meninggal. Cinta menangis sejadi-jadinya. Tidak ada lagi harapan yang dimilikinya. Hanya kegelapan. Hanya kesedihan dan keputusasaan. Terbayang kembali wajah mamanya. Mama yang sudah mengandung dan melahirkannya. Mama yang tega meninggalkannya demi memburu kesenangannya sendiri. Mama yang begitu dibencinya karena telah menyebabkan papanya meninggal.

Sepeninggal papanya, Cinta tinggal bersama nenek dan kakeknya. Mereka mengasuh Cinta dengan limpahan kasih sayang. Namun, kebencian di hati Cinta terhadap mamanya tidaklah hilang. Kebencian itu justru makin menggerogoti hatinya. Ia menjadi gadis yang teramat sensitif dan mudah marah. Apalagi jika mendengar nama mamanya disebut. Ia sama sekali tidak mau bertemu lagi dengan mamanya.

“Cinta, buanglah kebencian itu dari hatimu. Bagaimana pun engkau adalah anaknya, yang dulu pernah dikandung dan dilahirkannya. Maafkanlah dia… apalagi saat ini ia begitu membutuhkanmu,” bujuk neneknya suatu malam.

“Tidak, ia bukan mamaku! Sampai kapan pun aku tidak akan pernah memaafkannya!” tegas Cinta, lantang.

Neneknya menghela nafas sebelum menjawab, “Kamu tidak boleh berkata seperti itu. Mamamu hanya manusia biasa yang tidak akan luput dari kesalahan. Dan, aku percaya ia sudah menyesali perbuatan yang dulu pernah dilakukannya. Ia butuh pengampunan. Ia butuh kata-kata maafmu..” Beberapa saat suasana hening. “Kalau Tuhan saja selalu mengampuni kesalahan kita, mengapa kamu tidak mau memaafkan kesalahan mamamu? Ayolah, Cinta… berikan maafmu sebelum semuanya terlambat…,“ bujuk neneknya sekali lagi.

Cinta terdiam. Ah… mengapa kebencian yang teramat menyiksa ini tidak mau hilang? Mungkinkah aku bisa memaafkannya?

Dan, rencana Tuhan teramat indah. Di saat-saat terakhir sang mama menghirup udara di dunia ini akibat penyakit kangker yang telah lama menggerogoti tubuhnya, Cinta datang. Hatinya disembuhkanNya agar mau memaafkan mamanya.

Pertemuan terakhir itu sungguh mengharukan. Cinta memeluk erat mamanya yang terbaring tak berdaya. Tak henti-hentinya air mata mengalir deras dari kedua bola matanya. “Aku memaafkanmu mama…” Beberapa detik kemudian sang mama menghembuskan nafas terakhir. Seulas senyum tergurat di wajahnya yang perlahan-lahan mulai dingin.

Beban yang teramat berat, yang menindih Cinta bertahun-tahun sirna sudah. Kebencian yang mengendap sekian lama hilang tak berbekas. Hatinya kini dipenuhi dengan cinta. “Aku ingin mengembalikan semua yang dulu hilang... Rasa cinta dan kasih…Tuhan, terima kasih karena Engkau begitu mencintai aku… berilah aku kekuatan agar bisa membagikan cintaMu yang tanpa batas itu untuk orang lain,” ujarnya dalam hati.

5 komentar:

catatan kecilku mengatakan...

Syukurlah cinta kembali dapat menemukan cinta itu dihatinya dan dapat memberikan kata maaf utk ibunya.

the others... mengatakan...

Memaafkan memang tak mudah... jadi salut utk orang2 yg memiliki kebesaran jiwa utk melakukannya.
Sebenarnya..., setelah memaafkan hati terasa jauh lebih ringan.

Eysa mengatakan...

Salam tuk Cinta sajah... ^_^

buwel mengatakan...

Memaafkan memang tak mudah bila kita masih emosional memendam rasa keakuan ya, salute tuk cinta Mas...

achen mengatakan...

Hiks, kisah tragis yang berakhir agak tragis namun banyak hikmah yang terkandung didalamnya...