Mungkin ungkapan ini sudah tidak asing lagi di telinga kita. Ya, mulut yang kita miliki, yang hanya diciptakan satu oleh Tuhan, dapat menjadi harimau yang dapat menerkam siapa pun. Entah orang lain atau bahkan diri kita sendiri. Secuil peristiwa yang terjadi kemarin, bisa menjadi pembenaran untuk hal itu.
Teman kantor, sebut saja si A, di sela-sela istirahat setelah memindahkan barang-barang dari atas truk yang rodanya ambles (baca ‘Peristiwa Sore Ini’) tiba-tiba nyeletuk, “Dek, kowe wani ora nabrak bose? Yen wani takupahi rong yuto limangatus…” (“Dek, kamu berani tidak nabrak bose? Kalau berani aku bayar dua juta lima ratus…”)
Si Anu yang ditantang seperti itu langsung menjawab dengan tegas, “Wani wae!” (“Berani saja!”). Dan ketika si Bos hendak masuk ke kantor setelah mengamat-amati roda truk yang ambles, tiba-tiba dicegat si Anu. “Pak, pak bentar. Bapak berhenti di situ dulu. Katanya si A, kalo aku berani menabrak Bapak mau diberi uang dua juta lima ratus…”
Si Bos yang mendengar perkataan itu langsung merah padam, “Yen ngono si A dikonkon turu dhisik wae, mengko taklindese nganggo mobilku pas gulu. Aku wani yen mung dikonkon mbayar limang yuto!” (“Kalau begitu si A disuruh tidur dulu. Nanti aku lewati dengan mobilku tepat dilehernya. Kalau hanya disuruh membayar lima juta, aku berani!”)
Setelah berkata seperti itu si Bos langsung menceramahi si A panjang lebar. Si A hanya terdiam tidak berani berkata apa-apa.
Rupanya peristiwa ini sangat menyakitkan bagi si A. Ia yang hanya berniat ‘guyon’ (bercanda) harus pasrah menerima kemarahan si Bos gara-gara si Anu yang bicara jujur. Kalau tidak mengingat bahwa si Anu adalah teman kantornya, ia sudah mengajaknya berkelahi mati-matian.
Nah, dari mulut yang yang hanya satu itu dapat keluar kata-kata yang amat menyakitkan. Mungkin memang semula hanya berniat guyon. Tapi dari yang guyon dapat menjadi hal yang teramat serius. Bahkan bisa menyebabkan orang menjadi saling bertikai.
Kesimpulannya, kita mesti menjaga mulut kita. Kapan pun dan di mana pun. Jangan mudah berkata yang tidak baik walau itu hanya sekedar guyon. Jangan mudah mencaci maki apalagi menjelek-jelekkan orang lain. Ingat, mulutmu adalah harimaumu!
8 komentar:
memikirkan segla resiko dan akibat dari apa yang akan dikatakan... hmmm mungkin tidak hanya yang akan dikatakan saja tapi juga semua keputusan yang akan diambil juga berupa tindakan...
thx 4 share ^^
Yups Mas, terkadang pun mulut bisa mendatangkan ribuan harimau untuk mengamuk, terkadang pula menyebabkan diserang ribuan harimau yang mengamuk pula... :-)
Memang dari dulu moyang2 kita pun menyuruh untuk menjaga lisan ini dengan baik ya..
Trimakkasih atas pembljran ini kang... Mulut juga lebih tajam dari sebuah pedang..
mungkin karena hal inilah maka orang menganggao diam itu emas
selamat malam mas ^^
betul sih mas,
tapi critanya lucuuu banget,
haha,
apalagi pake boso jowo yang medok gitu,
tapi kesimpulannnya oke, biar kita gak rugi, ya mulut itu dijaga,
nice post..
salam
Cerita ini penting sebgai pengingat. Kalimat lebih tajam dari sebilah pedang. Maka bijaklah menggunakannya.
harimau makan nasi..
hehehe..
Posting Komentar