Kamis, 24 Maret 2011

Mbak Ramah

Sungguh, aku terkesan dengan mbak yang ada di toko komputer itu. Aku belum tahu namanya tapi agar lebih mudah mengingatnya, aku akan menyebutnya mbak Ramah. Ya, karena ia memang benar-benar ramah. Dua kali aku ke sana, dua kali pula aku dilayani oleh orang yang sama.

“Ada yang bisa saya bantu pak?” demikian sapanya kepadaku. Dan aku pun segera menjelaskan keperluanku panjang lebar.

Pada kunjungan pertama, aku mencari sebuah alat perekam yang akan aku pergunakan untuk keperluan wawancara. Mbak Ramah dengan sigap menunjukkan beberapa pilihan kepadaku. Satu MP3 dan satunya lagi MP 4.

“Bisa dicoba mbak?” tanyaku segera.

“Bisa pak,” jawabnya. Lalu dengan cekatan ia mengutak-utik alat yang tadi ditunjukkannya. Pun dengan sabar, ia menjawab segala pertanyaanku.

Beberapa menit berlalu. Ternyata, alat-alat yang ditunjukkannya tidak ada yang memuaskan keinginanku. “Ehm… kayaknya tidak jadi mbak… alatnya nggak bisa dipake ngrekam jarak jauh dan waktunya ngrekamnya juga pendek,” ujarku kemudian.

“Tidak apa-apa pak,” sahutnya dengan senyum mengembang. Dan ia pun segera membereskan semuanya dan mengembalikan alat-alat itu ke tempat semula.

Saat berkunjung untuk kedua kalinya, aku sedang mencari charger baru untuk mengganti charger laptopku yang rusak. Mbak Ramah kembali melayaniku dengan ramah dan sabar. Ia mengambilkan barang yang kuminta dan mencobakannya pada laptopku. “Ada lagi pak?” tanyanya setelah charger baruku beres. Aku hanya menggeleng. Dan setelah membayar chargernya, aku segera meninggalkan toko komputer itu dengan hati yang diliputi kegembiraan.

Keramahan, kesabaran, dan senyum yang menghiasi wajah mbak Ramah sejenak membuatku termenung. Alangkah bahagianya bila kita dilayani dengan baik. Alangkah senangnya jika perkataan kita didengarkan dan lalu diberi tanggapan sebagaimana mestinya.

Sebaliknya, saat kita mendapatkan pelayanan yang kurang/tidak baik dan perkataan kita tidak mendapatkan respon atau hanya dianggap angin lalu, dengan serta merta kita akan marah. Dan sangat mungkin, kata-kata ‘ajaib’ akan segera berhamburan dari mulut kita.

Nah, agar hal tersebut tidak terjadi, marilah kita saling melayani dengan baik. Penuh keramahan, kesabaran, dan senyum yang tulus. Yang keluar dari hati. Tanpa kepura-puraan untuk tujuan tertentu. Semoga.

4 komentar:

eha mengatakan...

hati kita ini ibarat sumur. sumur yang bersih menghasilkan air yg bening, sedangkan sumur yang kotor tentu memberi air yg kotor pula

Megi Rahman mengatakan...

pelanggan itu ibarat raja

met tidur mas, have a nice dream :D

Bakerina mengatakan...

Pantang galak-galak sama pembeli, nanti toko ne dadi sepi. Kalau ndak dapat uang terus nanti gimana?

eka lianawati mengatakan...

customer satisfaction emang paling penting ya...hehehe