Aku punya rekan sekerja bernama Arman (nama samaran). Dia adalah seorang yang banyak akal, lucu, periang, jahil dan gemar bercerita kepada rekan-rekan yang lain. Jika satu hari saja Arman tidak masuk kerja, kantor rasanya jadi sepi. Tiada celoteh-celotehnya yang begitu spontan dan lucu. Tiada kejahilan-kejahilan yang diperbuatnya. Pokoknya semua jadi terasa hambar.
Suatu ketika Arman bercerita tentang kehidupan keluarganya di rumah. Ia membanggakan diri bahwa di rumahnya sudah mempunyai 2 televisi warna, kulkas, playstation, blender, rice cooker dan sederet peralatan elektronik lainnya. Arman bangga bisa mengusahakan semua itu terlebih daya listrik di rumahnya hanya 450 W. Lho, kok bisa, padahal kan alat-alat elektronik yang dipergunakannya begitu banyak? Selidik punya selidik, ternyata ia sudah mengakali meteran listrik yang ada di rumahnya sehingga daya yang bisa dipakai menjadi tidak terhingga walau ia hanya membayar sesuai standar daya 450 W. Untung bukan, begitu katanya. Dengan biaya sedikit tetapi bisa memakai begitu banyak.
Akhir-akhir ini lewat tayangan di televisi, kita melihat ada begitu banyak penipuan yang sudah dibuat di sekitar kita. Sabun palsu, obat palsu, ikan palsu, buah palsu, telur palsu dan berbagai-bagai pemalsuan yang lain. Orang semakin pandai menggunakan akalnya untuk melakukan banyak pemalsuan. Mencari jalan agar mereka mendapat untung yang sebesar-besarnya. Mereka tidak berpikir bahwa akibat perbuatannya itu sudah merugikan dan membahayakan orang lain.
Lain lagi cerita tentang LAPINDO. Kenapa bencana seperti LAPINDO bisa terjadi. Semula karena orang terlalu membanggakan akalnya. Orang merasa jumawa, keminter dan menggunakan akalnya yang keblasuk untuk mengeruk banyak keuntungan. Akibatnya apa! Alih-alih mendapat keuntungan hasilnya malah menyengsarakan begitu banyak orang. Rumah-rumah kini sudah menghilang akibat banjir lumpur. Anak-anak tidak bisa bersekolah. Orang tua harus bersusah payah mencari sesuap nasi karena lahan pekerjaanya sudah menguap entah dimana. Namun sebagai orang yang banyak akal, mereka tetap berdalih bahwa semua itu adalah bencana alam. Semua itu adalah kehendak yang Di Atas. Ah, betapa pinternya mereka mencari-cari alasan untuk melarikan diri dari tanggung jawab.
Manusia diciptakan Tuhan sebagai mahkluk yang paling sempurna. Ia telah mengaruniakan akal dan pikiran agar dapat dipergunakan sebaik-baiknya. Dipergunakan bukan untuk menipu, mengakali atau mencari jalan untuk merugikan orang lain. Namun sebaliknya, akal dan pikiran hendaknya dapat dipergunakan demi kesejahteraan bersama. Demi kemajuan, kemakmuran dan keselamatan sesama manusia sebagai makhluk Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar