Rabu, 12 November 2008

Sssttt… Ada yang Baru...


Ketika hari ini aku mengikuti misa pagi, ternyata ada sesuatu yang baru di dalam Gereja. Sekilas memang tidak nampak jika tidak diperhatikan dengan sungguh-sungguh. Apa Itu? Patung Maria dengan bayi Yesus yang semula sendirian, kini sudah ditemani Patung Yusuf. Mereka kini berdiri sejajar saling berdampingan dengan anggun dan berada di tempat yang agak lebih tinggi dari bangku umat. Bila direnungkan lebih dalam, bukankah seharusnya memang demikian. Yusuf, Maria dan Yesus adalah keluarga kudus yang menjadi panutan kita. Namun hal ini tentu mengandung konsekwensi paling tidak bagi calon manten yang hendak menikah di Gereja Katedral. Bila biasanya di akhir misa/pemberkatan nikah selalu ada doa untuk Bunda Maria, kini akan lebih baik lagi jika hal itu diubah menjadi doa untuk Keluarga Kudus dengan harapan keluarga baru yang akan dibangun nanti dapat belajar, menimba pengalaman dan mendapat bimbingan serta kekuatan dari Yusuf, Maria dan Yesus.

Beberapa bulan sebelumnya, ada juga hal yang berubah di lingkungan pastoran. Pintu gerbang sebelah dalam yang biasanya bebas terbuka kini sudah tidak lagi. Pintu itu kini tertutup rapat dengan tulisan: “PERHATIAN, TAMU DIHARAP LEWAT DEPAN SEKRETARIAT, KENDARAAN TAMU/UMAT PARKIR DI LUAR”, “PERHATIAN, KENDARAAN RODA2/RODA4 DILARANG MASUK/PARKIR DI DALAM HALAMAN PASTORAN”, “PERHATIAN, DEMI KENYAMANAN & MEMUDAHKAN KEPERLUAN ANDA, TAMU HARAP LAPOR SATPAM/SEKRETARIAT”. Saat pertama kali melihat keadaan ini, sontak di dalam pikiran timbul hal-hal yang cenderung negatif. “Lho kok ditutup! Ada apa ini? Apa umat sekarang sudah tidak boleh masuk lagi? Romo-romo sudah menutup diri dan membuat dirinya menjadi eklusif dan sukar untuk dicari? Bagaimana nanti jika ada umat yang diburu waktu untuk mendapat sakramen perminyakan sedangkan kalau menemui Romo saja kini dipersulit?” Memang pikiran-pikiran semacam itu sah-sah saja dan memang seharusnya dimunculkan namun tentunya kita harus mengetahui latar belakang keputusan itu. Tentunya ada maksud tertentu dari kebijakan itu. Pertama, umat yang berkepentingan (dengan Romo) bisa berkomunikasi terlebih dahulu dengan sekretariat (atau paling tidak memberitahu satpam jika sekretariat sudah tutup}, siapa, dari mana dan apa tujuannya. Sisi positifnya umat diajak untuk lebih menghargai atau istilahnya ‘nguwongke’ sekretariat dan satpam. Kedua, agar tidak sembarang orang bisa ‘bludas-bludus’ masuk ke dalam pastoran sehingga akan meminimalisasi hal-hal yang tidak diinginkan. Ketiga, agar lebih tertib terutama untuk parkir roda2 dan roda4 di dalam pastoran. Sayang, tidak semua orang bisa memahami hal ini lebih-lebih banyak diantara umat yang merasa karena sudah lama beraktifitas di gereja sehingga sah-sah saja jika mereka melanggar kebijakan yang dibuat oleh Romo. Mereka dengan seenaknya parkir roda2 dan roda4 di dalam atau membuka pintu gerbang tanpa mau menutupnya kembali.

Suatu perubahan memang diperlukan. Lebih-lebih untuk suatu keadaan yang sudah berlangsung terus-menerus selama beberapa tahun. Dengan adanya perubahan akan membawa suasana baru. Perubahan akan menjadi tanda adanya perkembangan. Dan kini memang waktu yang tepat. Adanya Romo-romo baru membawa hal-hal yang baru. Satu hal yang mungkin perlu dicatat bahwa suatu perubahan harus selalu disosialisasikan terlebih dahulu sehingga umat tidak kaget atau bahkan syok menerima suatu perubahan.

Nah, selamat berubah Katedralku. Selamat mengembangkan diri menjadi Paroki yang bisa menjadi panutan dan contoh bagi paroki yang lain. Berkat Tuhan melimpah.

Tidak ada komentar: