Selasa, 18 November 2008

Kekerasan

Pagi ini di sebuah stasiun televisi swasta ada sebuah berita tentang tawuran yang melibatkan 2 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Bogor. Akibat tawuran itu telah menyebabkan seorang pelajar meninggal dunia dengan beberapa luka bacok di tubuh. Ironisnya, pelajar ini adalah pelajar teladan yang ikut tawuran karena ingin dianggap solider kepada teman. Di Koran Kompas hari ini juga dimuat berita tentang bentrok fisik antara mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Negeri Nusa Cendana dan mahasiswa Politeknik Pertanian Negeri Kupang di Kupang, Nusa Tenggara Timur yang menyebabkan satu orang tewas dan sembilan luka-luka. Bentrokan ini terjadi hanya karena saling ejek. Beberapa waktu yang lalu kita juga disuguhi aksi kekerasan yang terjadi di lapangan sepakbola dalam negeri. Pelatih dan official memukul wasit. Pemain mengeroyok wasit hingga babak belur. Dan para pemain yang saling baku hantam karena emosi yang tidak tertahan.

Dalam lingkungan yang paling dekat dengan kita yaitu keluarga, kekerasan juga seringkali terjadi. Suami memukuli istri. Suami istri menganiaya anak atau pembantu. Dan yang terbaru adalah istri yang tega memutilasi suaminya menjadi 14 bagian hanya karena perasaan jengkel yang begitu meluap. Kelewatan!!!

Kenapa kekerasan demi kekerasan senantiasa menghiasi kehidupan sehari-hari kita? Banyak faktor yang bisa menjadi penyebab timbulnya hal tersebut. Mulai dari perkara yang paling sepele seperti saling ejek, saling pandang, masalah wanita, rasa tidak puas, perbedaan pendapat, jengkel, motif ekonomi atau karena pengaruh dari media. Tidak bisa dipungkiri, pengaruh media sekarang ini memang sedemikian kuat. Televisi lewat beragam tayangannya baik berupa berita, film kartun (animasi), reality show, sinetron hingga film-film luar maupun dalam negeri seringkali menvisualkan kekerasan demi kekerasan secara vulgar mulai dari pagi hingga malam hari. Begitu terus dari waktu ke waktu. Belum lagi lewat berita-berita di media massa.

Apakah kekerasan demi kekerasan ini memberi keuntungan kepada kita? Apakah dengan kekerasan hidup menjadi lebih baik? Tentu semua akan sepakat tidak sama sekali. Kekerasan hanya membawa penderitaan dan kekerasan-kekerasan yang lain. Hidup tidak tentram dan selalu diliputi ketakutan. Kalau begitu apa yang mesti kita lakukan? Jauhi kekerasan, biasakan hidup damai dan bagikanlah kasih kepada semua orang tanpa pandang bulu.

Tentu tidak mudah untuk melakukan hal ini. Kita harus siap dikucilkan dan dimusuhi. Kita harus siap dianggap sok suci, sok alim, sok pahlawan dan sok-sok yang lain. Namun tiada perubahan yang terjadi tanpa ada pengorbanan. Ini adalah tantangan yang harus dimulai dari diri sendiri. Ketika seseorang berkata-kata kasar kepada kita, balaslah dengan kata-kata yang lembut dan menentramkan. Ketika ada orang yang mengajak kita berkelahi, kita balas dengan permintaan maaf yang tulus karena mungkin ia sudah tersinggung dengan perbuatan kita. Ketika orang berusaha menanamkan kebencian, kita bagikan kasih kepada semua orang.

Berat memang, tapi kita percaya Tuhan akan selalu membimbing kita karena di atas segalanya Ia tidak menginginkan manusia hidup dalam kekerasan.

Tidak ada komentar: