Rabu, 26 November 2008

Takut

Ketika aku masih kecil aku adalah seorang yang rendah diri. Karena perasaan itu membuat aku selalu takut jika harus berhadapan dengan orang lain. Bertemu dan berbicara dengan orang lain. Hingga remaja perasaan ini masih terus saja kubawa. Hingga suatu saat aku terpaksa harus bertemu dengan seseorang karena suatu keperluan yang penting dalam hidupku. Ada rasa bimbang dalam hatiku antara keinginan bertemu dan tidak. Satu, dua, tiga hingga beberapa hari aku menunda kepentingan ini. Lebih karena aku takut untuk bertemu. Takut, nanti pas ketemu mau ngomong apa? Gimana nanti kalau aku salah ngomong? Akhirnya aku memaksakan diri. Aku harus berani. Aku harus menghadapi ketakutan ini. Kalau tidak mulai sekarang, pasti semuanya akan terus tertunda. Dan akhirnya, aku menemui orang itu. Ternyata semuanya berjalan dengan lancar. Kekhawatiran yang ada di kepalaku selama ini hilang sudah… Dan sejak saat itu aku menjadi lebih berani.

Gatot, salah seorang teman di gerejaku lain lagi. Ia selalu takut jika berada di tempat yang gelap. Katanya ada yang selalu membayangi langkahnya. Jika terpaksa harus pergi ke suatu tempat di malam hari, ia selalu mengajak teman yang lain. Jika harus sendirian pasti ia tidak akan berani. Hingga ada olok-olok di antara kami: Gatot si gendut penakut. Percuma saja badannya yang gedhe tapi nyalinya ciut.

Rasa takut dimiliki oleh setiap orang. Takut karena merasa tidak mampu. Takut gelap (karena ada setan katanya seperti Gatot teman saya). Takut pada ketinggian. Takut jika mendapat nilai yang jelek. Takut kehilangan orang yang disayangi. Takut jika tidak bisa membahagiakan istri. Takut hidup sengsara. Takut kehilangan pekerjaan. Takut jika pekerjaan tidak selesai tepat waktu. Takut tidak punya uang. Dan banyak jenis ketakutan yang lain.

Rasa takut bagaikan dua sisi mata uang. Di satu sisi kita perlu bersyukur karena kita punya rasa takut. Takut dengan nilai jelek membuat kita belajar dengan giat untuk memperoleh hasil yang bagus. Takut jika pekerjaan tidak selesai tepat waktu membuat kita tidak menunda-nunda jika ada suatu pekerjaan yang harus segera diselesaikan. Membuat kita menjadi lebih rajin dan tekun. Takut mengecewakan orang lain membuat kita lebih hati-hati dengan perkataan dan perbuatan kita. Takut akan Tuhan membuat kita selalu sadar akan tindakan yang kita lakukan. Apakah sudah sesuai dengan tuntunan-Nya? Atau tindakan kita justru sudah melanggar perintah-Nya?

Di sisi yang lain, rasa takut juga menimbulkan tindakan yang cenderung negatif. Karena takut jika mendapat nilai jelek membuat orang mengambil jalan pintas dengan membuat catatan-catatan kecil agar bisa mencontek. Takut tidak punya uang membuat orang menjadi gelap mata dan menghalalkan segala cara untuk memperolehnya. Mencuri. Menodong bahkan kalau perlu membunuh. Mengambil hak orang lain dengan cara korupsi.

Rasa takut jangan sampai membuat kita lari dari kenyataan. Rasa takut harus dihadapi. Rasa takut akan membuat kita menjadi lebih waspada. Akan membuat kita lebih mempersiapkan diri dan membuat kita lebih bertanggung jawab dalam segala hal. Tentunya jika kita mengambilnya dari sisi yang positif.

Tidak ada komentar: