Jumat, 24 April 2009

Mencampur

Mencampur adalah memadupadankan satu benda dengan satu atau beberapa benda lainnya kemudian diolah dan diproses menjadi benda dengan nama yang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, hal ini sering kita lakukan. Ketika membuat adonan roti, umumnya kita akan mencampur beberapa bahan di antaranya: tepung terigu, gula pasir, baking powder dan telur. Bahan-bahan itu kemudian diaduk rata, dioven dan setelah matang disajikan dalam bentuk roti. Sama halnya ketika kita membuat gado-gado. Pastinya kita akan memilih kol, kentang, tahu, selada, timun, tomat, lontong, krupuk dan sambal kacang. Semua bahan itu dicampur menjadi satu dan akhirnya... jadilah gado-gado yang siap kita santap. Hemmm.... uenaknya...

Di kantorku yang bergerak di bidang pertanian, proses mencampur juga dilakukan. Dulu ketika jamannya biji-biji penutup tanah lagi bomming, proses ini bisa dikerjakan hampir setiap dua atau tiga hari sekali. Biji-biji yang menumpuk di gudang hasil panenan lama, dibuka dan dicampur dengan biji hasil panenan baru. Tentu saja dengan perbandingan yang sesuai agar hasilnya masih kelihatan cukup baik. Kadang ketika membeli biji -biji dari para pengepul, kami masih harus bersusah payah mengerjakannya kembali karena ternyata banyak campuran yang disertakan dalam biji tersebut. Mulai dari biji dari jenis tanaman yang berbeda hingga butiran pasir halus.

Kini, proses pencampuran biji telah bersalin rupa menjadi proses pencampuran pupuk kandang. Pupuk kandang yang berasal dari kotoran cacing dicampur dengan pupuk kandang dari kotoran sapi. Yang lebih mahal dicampur dengan yang lebih murah. Dan akhirnya dari hasil pencampuran itu, didapatkan pupuk kandang halus.

Mengapa proses pencampuran harus dilakukan? Sering yang menjadi alasan utama adalah agar keuntungan yang diperoleh menjadi lebih banyak. Dengan keuntungan yang semakin besar maka otomatis omzet perusahaan akan semakin meningkat. Harapannya dengan omset yang meningkat maka tingkat kesejahteraan karyawan akan menjadi lebih baik.

Namun tanpa disadari, proses ini kadang bertentangan dengan nilai-nilai kejujuran. Tidak jujur ketika mengatakan baik dan hasil panenan baru padahal beberapa persen adalah panenan lama atau beberapa gram pasir yang sengaja dicampurkan.. Tidak jujur saat mengatakan pupuk kandang ini adalah dari kotoran.... padahal merupakan campuran dari kotoran hewan yang lain. Yang penting untung gedhe... masalah lainnya ya... dipikirkan nanti saja.

Jadi, ketika proses ini hanya menguntungkan satu pihak dan pihak lain dirugikan, maka proses ini menjadi sesuatu yang tidak baik. Karena tidak baik, maka sebaiknya tidak kita lakukan. Ingat: kalau kita saja tidak mau dirugikan, mengapa harus merugikan orang lain? Kalau kita selalu menginginkan barang yang paling baik, mengapa pula kita menghalangi atau menghilangkan hak orang lain untuk mendapatkan barang yang terbaik?

Tidak ada komentar: