Selasa, 12 Mei 2009

Global Warming


Sabtu malam, 9 Mei lalu, di areal gerejaku diadakan sebuah sarasehan. Sarasehan dibuat dengan model angkringan dengan lesehan, live musik, sajian wedang ronde serta sebuah gerobak berisi nasi kucing dan aneka gorengan. Menurut St. Cahyanto selaku Ketua Penyelenggara, sarasehan ini digagas oleh MUKAPALA (Muda-Mudi Katedral Pencinta Alam) bekerjasama dengan Kaum Muda. Tema yang diangkat adalah tentang Global Warming. Apa itu Global Warming, kenapa bisa terjadi, apa dampaknya, dan apa yang sebaiknya dilakukan untuk menghambat atau mengurangi hal tersebut.

Saat mengawali paparannya, Donny Danardono, dosen filsafat di Fakultas Hukum dan Program Magister Lingkungan dan Perkotaan (PMLP) Unika Soegijapranata, mengatakan bahwa Global Warming harus difahami secara teknis, unsur-unsur apa saja yang menyebabkannya. Namun secara umum Global Warming diartikan sebagai pemanasan global, suhu yang makin meningkat. Hal ini disebabkan karena atmosfer (lapisan ozon) yang makin menipis sehingga sinar matahari dan infra merah langsung njujug ke bumi. Infra merah kemudian dipantulkan kembali ke angkasa tetapi ada yang terperangkap di atmosfer, tidak bisa keluar, inilah yang disebut dengan efek rumah kaca.

Kenapa lapisan ozon bisa menipis? Pencemaran lingkungan dan kadar CO2 yang berlebihan ditengarai menjadi penyebab utama hal tersebut. Hal ini didukung dengan kenyataan bahwa dewasa ini semakin banyak pohon-pohon yang ditebangi, hutan-hutan yang gundul yang beralih fungsi menjadi pemukiman, industrialisasi yang berkembang pesat yang mendorong semakin meningkatnya pemakaian bahan bakar.

Untuk menghambat atau mengurangi hal tersebut, kita harus mengembangkan Etika Kepedulian. Peduli pada diri sendiri bahwa saya ingin hidup bahagia. Dan kebahagiaan itu dapat terwujud bukan karena saya memiliki tetapi karena saya dapat menjadi diri sendiri, dapat mengembangkan seluruh potensi diri. Yang menjadi dosen jadilah dosen yang baik. Yang menjadi pegawai jadilah pegawai yang baik. Yang menjadi ibu rumah tangga jadilah ibu rumah tangga yang baik, dll. Saya bahagia karena saya menjadi bagian dari seluruh alam ini. Lalu, ketika lingkungan di sekitar saya menjadi rusak, apakah saya bisa bahagia?

Jadi, semuanya harus dimulai dari kesadaran diri. Ketika kesadaran diri ini mulai bertumbuh, kita dapat mulai dari hal-hal kecil yang kelihatannya sederhana. Lebih memilih angkutan umum daripada menggunakan kendaraan pribadi, menanam pohon-pohon di halaman rumah dan membuat lubang-lubang resapan biopori, lebih memilih wadah-wadah yang bisa didaur ulang daripada wadah yang terbuat dari plastik, mematikan lampu-lampu yang tidak dipakai, adalah beberapa contoh yang bisa dilakukan.

Nah, kenapa kita harus menunggu untuk menyelamatkan bumi ini? Ingatlah, apa yang kita lakukan hari ini, akan menjadi warisan bagi anak cucu kita kelak.

3 komentar:

waluyo mengatakan...

salam kenal dulu mas
benar sekali mas....kalau kita bisa memelihara lingkungan saat ini kenapa mesti menyelamtkannya esok? yo to?

Wawan Herdianto mengatakan...

Artikel yang menarik, cerdas dan mencerdaskan. Gak rugi mampir kesini banyak ilmu dan pengetahuan yang diperoleh. Ditunggu postingan berikutnya. Terus berkarya dan…. TETAP SEMANGAT !, Sukses untuk kita semua.

edylaw mengatakan...

Tergantung kesadaran diri masing2 untuk menjaga lingkunagn sejak dini :D

Salam kenalwww.edylaw.fforce.us