“Lebih baik orang bodoh yang benar daripada orang pintar yang tidak benar”
Pernyataan ini keluar dari mulut seorang teman kantor hari ini. Kata bodoh sejatinya ditujukan untuk dirinya sendiri dibandingkan dengan orang lain di luar dirinya. Maklum, teman saya ini ngakunya SD aja enggak tamat. Di kantor, kerjaannya adalah angkut-angkut barang dan melakukan pengemasan pupuk kandang dan humus yang akan dijual ke toko. Di samping itu, kerjaan tetap yang dilakukannya tiap jam istirahat siang dan sehabis pulang kantor adalah mencari rumput. Yah, di rumahnya yang terletak di pinggiran kota, ia memelihara beberapa ekor sapi untuk menambah biaya hidup keluarganya.
Teman saya ini merasa jengkel dengan RT di tempatnya. Tega-teganya membohongi warga demi keuntungannya sendiri. Ceritanya begini: di kampungnya, barusan berdiri sebuah tower dari salah satu operator seluler. Demi memuluskan proses pembangunan dan pemeliharaan tower tersebut, warga dijanjikan akan diberi uang sebesar Rp. 300.000,- tiap KK. Tentu saja warga begitu antusias dan secara serempak mendukung proyek tersebut. Tapi ternyata, janji hanyalah janji karena uang yang diterima warga bukannya Rp. 300.000,- tetapi hanya Rp. 100.000,- Setelah diselidiki, ternyata pemotongan ini dilakukan oleh RT. Alasannya macam-macam, untuk keperluan inilah… itulah…
Mendengar cerita teman saya ini, rasa-rasanya kok telinga ini udah bosen banget. Lha gimana tidak!!! Cerita kayak gitu terus saja berulang dari waktu ke waktu, di berbagai bidang kehidupan dengan banyak pola dan ragam pelakunya. Bahkan yang paling miris, dana bantuan untuk bencana alam pun bisa mengalami nasib serupa. Kok tega-teganya… orang menggunakan kepandaiannya (kepintarannya) untuk membodohi orang lain agar bisa memperoleh keuntungan sebanyak-banyaknya untuk diri sendiri? Apa mereka sudah ndak punya rasa malu? Ah… barangkali urat malu mereka memang udah lama putus…
Kembali kepada pernyataan di atas; mana yang harus kita pilih? Barangkali kalau ada pilihan menjadi orang pintar yang benar, kita akan spontan memilih yang seperti ini tetapi pilihannya hanya dua itu. Jadi sekali lagi… kita akan memilih yang mana?
7 komentar:
Saya pro kebenaran Mas Goen, walau yang mengatakannya orang (mungkin)bodoh yang kurang berpendidikan formal; tetap saya dukung...
kalo saya pro rumah goen saja :)
apakabar pak.. maaf lama ngga jalan-jalan..
itu sudah sifat "hewani" alamiah manusia mas...
hanya saja pada orang2 berbudi bisa mengekang sifat tersebut sementara yang lainnya tidak bisa...
Kok tidak ada pilihan "pintar dan benar", Pak Goen? Kalau ada kan, saya pilih ini.
Wah keterlaluan sekali tuh RT,
kalo itu menggunakan jabatannya buat membohongi orang lain.
yang seperti sudah tidak asing lagi di indonesia.
itu juga yang menghambat kemajuan indonesia. dan yang seperti itu perlu diberantas kalo memang terbukti bersalah.
Iklan Baris
makin banyak orang pinter yang keblinger -_-
LAPORIN RT NYA KE KPK!!!!!!!!!!!! *getok pak RT nya*
Posting Komentar