Jumat, 19 Juni 2009

Benalu


Aku ingat, dahulu ketika aku masih duduk di kelas 2 SD, ayahku pernah menanam biji mangga di halaman rumah. Setelah puluhan tahun berlalu, biji yang mati, kini telah berubah menjadi pohon mangga yang tinggi, besar dan berdaun rimbun. Meski berasal dari biji, pohon mangga itu sudah beberapa kali mengeluarkan buah. Tidak banyak memang tapi cukup membahagiakan bagi kami karena kami dapat memetik dan merasakan buah dari kebun sendiri.

Namun, beberapa bulan ini, pohon mangga itu terlihat begitu ‘nelangsa’. Semua karena benalu. Ya, benalu yang awalnya hanya satu, kini telah beranakpinak dan hampir memenuhi setiap percabangan pohon itu. Benalu yang biasa kami sebut ‘kemladeyan’ adalah tumbuhan yang biasa menumpang pada tumbuhan lain. Ia hidup dan berkembang biak dengan cara mencuri zat-zat makanan dari pohon yang ditumpanginya. Akibatnya, pohon mangga kami terlihat kering seperti kurang gizi. Daun-daunnya juga semakin berkurang karena berguguran. Akhirnya, ia enggan kembali berbunga dan mengeluarkan buah.

Kalau sudah begitu hanya ada satu jalan yang bisa dilakukan yaitu dengan memotong cabang-cabang yang ditumbuhi benalu. Tentunya ada resiko yang mesti dihadapi. Pohon mangga kami yang semula tinggi, besar dan rimbun pastinya akan berubah menjadi pendek dan gundul. Sayang memang tapi hal itulah yang mesti kami lakukan karena kalau dibiarkan begitu saja, lama-kelamaan pohon mangga kami akan mati.

Memikirkan soal benalu di pohon mangga ayah, aku jadi teringat dengan para koruptor di negeri ini. Hampir tiap hari, lewat televisi atau beragam media cetak, selalu diberitakan tentang sepak terjang mereka. Kepala pemerintah daeran ini atau daerah itu ditangkap polisi karena kedapatan menggelapkan dana APBD dan proyek-proyek dari pemerintah pusat. Anggota dewan yang terhormat tertangkap tangan ketika menerima komisi hasil penjualan aset-aset negara. Koruptor A hanya dikenai tahanan rumah karena belum ada cukup bukti yang bisa menyeretnya ke penjara. Koruptor B terpaksa urung menjalani persidangan karena mendadak jatuh sakit dan masih banyak lagi.

Kadang aku hanya bisa membatin dalam hati; “Kenapa ya mereka yang sudah kaya, memiliki banyak uang, mendapat beragam fasilitas, masih menginginkan yang lebih banyak hingga menghalalkan segala cara untuk memperolehnya? Sebegitu rakuskah mereka? Apakah mereka tidak pernah berpikir bahwa masih banyak orang lain yang hidupnya tidak seberuntung mereka, yang harus bersusah payah, membanting tulang, memeras peluh, hanya untuk mendapatkan lembar demi lembar uang untuk kehidupan mereka.”

Ah, sejatinya para koruptor itu hanyalah benalu. Mereka sedikit demi sedikit mengambil kekayaan milik negara dan rakyat untuk memenuhi kepentinganya sendiri. Akibatnya, negara tidak berkembang dengan semestinya dan rakyat pun banyak yang tidak bisa hidup sejahtera. Dan seperti benalu, mereka harus segera ditebang agar tidak menular kemana-mana.

Mari kita doakan agar mereka segera bertobat, menyadari segala kesalahan dan mau mengembalikan uang yang sudah mereka ambil berikut dengan bunganya. Dan bagi kita sendiri, biasakan mendengar apa kata nurani dan singkirkan segala bisikan setan sebab uang adalah pelayan yang setia dan tuan yang sangat kejam. Satu hal lagi yang mesti kita ingat; uang, kekayaan, pangkat, jabatan, tidak akan dibawa ketika kita menghadap kepada-Nya.

9 komentar:

eha mengatakan...

ooo di rumah juga bisa berkembang biak lho itu benalu. Anak yang tak mau membantu orang tua meski sebenarnya dia sudah bisa; istri yang membuat beban suami jadi semakin berratt; suami yang tahunya semua berress sampe istrinya musti pontang-panting ....
Benalu emang benar-benar kebangetan deh lu.

fia al Kurosawa mengatakan...

iya neh sepertinya benalu bisa hidup dimana-mana, di politik, di hukum, di ekonomi, di dunia sosial..capeeekk deh...dimanapun benalu itu numpang hidup pastilah bikin sengsara orang-orang di sekitarnya...btw adakah blogger yang benalu...?? bagaimana karakteristiknya...?? ga tau-lah...mudah2an qt bukan benalu buat siapapun...amin, thanks atas sharingnya ...

Lily Simangunsong mengatakan...

hajar tuh benalu.... he..he..he...
manusia mmmg gak mau puas dengan apa yg dia dapat tapi anak2 Tuhan gak gt kok mas... kita gak boleh jadi benalu tapi harus jadi berkat buat dunia....;D
salam persahabatan slalu

dewi mengatakan...

benalu... q pernh juga kenal co benalu mas gun.... uhh cape bnget, smoga para bemalu segera di bukakan mata hatinya. nice posting ...maturnuwun

Don MS mengatakan...

Begitulah hakikatnya dunia ini mas...
Setiap yang dicari, pastinya dapat. Cuma bila..? berapa..? dan bagaimana..? itu soalnya.

Demikian juga halnya, setiap yang sudah dapat diperoleh... pastinya dicari lagi ganti atau tambahannya.. Itulah namanya USAHA. Dan usaha itu harus berterusan kok...

Apapun... yang pentingnya kita ingga perlu ada hasad dengki atau rasa ingin mengkotak-katik kan apa pun jua usaha insan yang lain.

Terima kasih atas perkongsian idea ini dan... terimakasih di atas kunjungan mas ke blog saya... PEACE!

reni mengatakan...

Semoga kita tak menjadi benalu dalam hidup orang lain...
Nice post !

kangboed mengatakan...

hehehe... ZOMBIE.. mayat hidup berkeliaran di kota dan di desa awaaaas jangan sampai tergigit..
Salam Sayang

Fanda mengatakan...

Aku hanya berpikir, sulitkah buat orang kaya utk peduli dgn orang yg tak mampu? Tak adakah orang kaya yg berpikir: "Hartaku sdh cukup banyak, mulai hari ini aku akan hidup seerhana, dan hartaku biar utk mereka yg tak mampu". Mungkin ga ya? Atau ini hanya angan2 aja?

Mas Goen, thank buat posting yg menyejukkan hati ini, dan karenanya aku menunggu kedatangan mas ke rumah tepi sungaiku. Datang kesini ya: http://sungaihidup.blogspot.com/2009/06/kado-tanpa-ulang-tahun.html

Chord mengatakan...

koleksi benalu aja . . . .