Seorang wanita yang tengah hamil berjalan tertatih-tatih. Beberapa kali ia memegangi perutnya yang sudah sedemikian besar. Berkali-kali pula ia menghiba pada orang-orang yang ditemuinya di sepanjang perjalanan. ”Pak, Bu... saya minta tolong diantarkan ke dokter... perut saya sakit sekali. Saya sudah tidak mempunyai uang lagi. Dompet saya tadi jatuh dan sekarang entah ada di mana. Tolonglah saya..., ” ujarnya memelas.
Orang-orang yang kebetulan dimintai tolong, hanya sekilas memandang. Mereka kemudian beranjak pergi tanpa mengatakan apa-apa. Beberapa sempat terlihat bersimpati tapi hasilnya sama saja, wanita itu tetap dibiarkan sendirian.
Beberapa jam berlalu. Wanita itu masih berjalan tertatih-tatih sambil memegangi perutnya. Wajahnya tampak meringis kesakitan. Namun belum ada seorangpun yang tergerak untuk menolongnya.
Sore menjelang. Wanita itu menghampiri sekumpulan tukang becak yang sedang mangkal di sebuah perempatan. ”Pak... tolonglah saya...” katanya.
Seorang tukang becak mulai bersimpati. Ia segera menawarkan diri untuk membantu wanita itu. Namun tindakan ini ternyata diikuti oleh tukang becak yang lain. Akhirnya, mereka saling berebut untuk membantu wanita itu. Supaya adil siapa yang lebih berhak menolong, para tukang becak itu kemudian melakukan ’suit tangan’ bersama-sama.
Kisah di atas hanyalah sebuah episode reality show ’MINTA TOLONG’ yang tayang tiap hari Senin hingga Rabu di sebuah stasiun TV nasional. Pertanyaan yang kemudian muncul adalah; mengapa para tukang becak itu sampai berebut ingin menolong padahal sebelumnya tidak ada seorangpun yang tergerak untuk menolong wanita itu? Ternyata jawabannya karena mereka sudah mengetahui crew MINTA TOLONG yang secara sembunyi-sembunyi mengikuti wanita itu. Para tukang becak itu tahu bahwa jika saja mereka mau menolong wanita itu pasti akan mendapat imbalan uang dengan jumlah yang lumayan besar.
Olala.... menolong agar mendapat imbalan? Ah... disadari atau tidak... hal seperti inilah yang kadang (atau sering?) kita lakukan. Kita sebenarnya sulit tergerak untuk melakukan pertolongan kepada sesama. Gilirannya mau memberi bantuan... eh...ternyata ada hal-hal yang kita inginkan sebagai balasannya. Uang, ketenaran, kehormatan, atau puja puji dari seantero negeri.
Tentu semua itu menjadi tidak berarti karena pertolongan kita tidak diberikan secara ikhlas. Tulus dari hati. Tulus karena benar-benar ingin menolong sesama sebagai ciptaan Tuhan. Maka, agar ketulusan itu semakin bermakna kita perlu selalu berprinsip (dalam hal menolong): apa yang dilakukan oleh tangan kananku biarlah tangan kiriku tidak mengetahuinya atau biarlah hanya Tuhan saja yang tahu perbuatanku ini. Nah, selamat menolong sesama!
11 komentar:
Wah, berarti tujuan acara itu gak mengena dong. Kan maksudnya ingin mendapatkan orang yang bener-2 tulus mau menolong orang lain, tapi karena dilakukan di jalan, maka kamera tak dapat dengan mudah disembunyikan ya? Akibatnya..., banyak orang yang berebut ingin menolong dg harapan dapat 'imbalan'.
Sayang sekali........
Maap. Yang pertama kehapus.
Ya, bisa dibilang para tukang becak itu memang tulus, setulus hati mencari imbalan (sekedar uang makan keluarga untuk satu-dua minggu)
menolonglah atas dasar keihlasan bukan karena imbalan ...ya ngga sob..
Menolong tanpa pamrih itu sepertinya sulit sekali bagi org2 yg hidup di jaman ini ya!
Btw, reality show seperti itu kadang juga bo'ongan kok mas! Para pelakunya sdh di setting dulu.
Mas Goen, aku punya 'mainan' baru. Mampir ya..
kalau memberi pertolongan biarlah dengan setulus hati. jangan sampai kita menceritakan kembali apa yang telah kita beri kepada orang lain. kerana Tuhan itu maha mengetahui akan apa yang tersirat dihati setiap hambaNya.
iya..kadang kesel juga kalo liat reality show itu. kalo mereka udah tau keberadaan tim tolong, pasti langsung berebut. malu2in -_-
setuju sama @fanda, reality show sekarang juga jarang yang masih benar2 "real". biasanya udah direkayasa sebelumnya.
tolonglah dengan ikhlas dan tulus kawan
hehehehe
salam sobat
menolong tanpa pamrih..
menolong dengan ikhlas
menolong dengan senang hati.
wah,,,jarang ya,,,
kebanyakan menolong dengan harapan imbalan.
Memang mas Gun, pada hakekatnya jaman sekarang yang serba modern dan canggih, jaman yang harga sembako serba tinggi, kata-kata TOLONG-MEnolong dengan hati ikhlas (jujur tergerak dari hati nurani) sudah sangat tipis walaupun masih banyak kita temui.
Pada dasarnya Tolong-menolong itu bersifat asasi (hak) dan semua itu sudah pembawaan.
Kebanyakkan jika manusia sudah tergoda harta dan sudah memejamkan mata rasa nuraninya, kata menolong itu seakan jauh diangkasa.
lain jika manusia sudah punya dasar, iman, agama, sadar akan hidup didunia hanyalah sementara. Justru banyak manusia yang miskin ada rasa tergerak menolong, tapi terbentur keadaan yang serba pas-pasan sendiri.
So tolong-menolong harus di belajarkan dari generasi kita dari kecil (nol,tk,sd)....
kalau sudah besar di belajari tolong-menolong kayaknya masuknya sedikit.
peace aja deh mas Gun...
Menolong itu kerelaan, bukan pamrih (berharap sesuatu imbalan), dan sikap yang seperti ini rasa2nya sudah mulai memudar dalam kehidupan sehari2
Posting Komentar