Sabtu, 31 Oktober 2009

Topeng


“Huah… panasnya,” ujar Pak Dahlan sembari menyeka keringat yang membanjir di dahinya. Segera ia mempercepat langkahnya, mencari pepohonan di pinggir jalan yang bisa digunakannya untuk berteduh. Barang dagangannya bergerak ke sana-kemari seirama dengan langkah kakinya yang semakin cepat.

Beberapa saat kemudian, Pak Dahlan sudah terlihat di bawah pohon angsana yang tidak seberapa besar. Jari tangannya mengepit sebatang rokok yang barusan dinyalakannya. Sementara, barang dagangannya tergeletak di sampingnya.

Tiba-tiba sebuah sedan BMW abu-abu metalik berhenti tepat di depan tempat Pak Dahlan beristirahat. Dari mobil itu keluar seorang laki-laki parlente mengenakan jas hitam berharga mahal. Dasi dengan warna senada semakin menambah kewibawaan laki-laki tersebut. Sepertinya ia adalah salah satu pejabat tinggi negara. Bergegas ia menghampiri Pak Dahlan.

“Jualan topeng ya pak?” tanya lelaki itu sembari melirik barang dagangan milik Pak Dahlan.

“I.. iya tuan…” jawab Pak Dahlan tergagap. Rupanya kekagetannya belum sirna melihat kedatangan lelaki itu.

“Topeng apa saja pak?” tanya lelaki itu lagi.

“Topeng hantu ada, topeng binatang ada, topeng tokoh-tokoh kartun juga ada. Tuan mencari topeng seperti apa?” Pak Dahlan menjawab dengan ramah.

Lelaki itu sejenak termangu. Diambilnya gulungan kertas di balik saku jasnya. Kemudian diserahkannya gulungan kertas itu kepada Pak Dahlan, “Topeng seperti ini pak… tolong dicarikan ya?!”

Segera Pak Dahlan menerima gulungan kertas tersebut, dibukanya, dan dibacanya perlahan-lahan, Topeng Kamuflase; digunakan untuk menutupi segala pikiran, niat, dan keinginan buruk bin jahat agar terlihat baik bahkan sangat baik di hadapan orang lain. Topeng Konspirasi; digunakan sebagai alat untuk menjebak orang lain yang tidak disukai karena sudah mengusik kenyamanan pribadi yang korup, penuh kecurangan dan ketidakjujuran agar di mata orang lain terlihat sebagai tindakan yang wajar.

“Maaf tuan… saya tidak jualan topeng seperti ini,” kata Pak Dahlan.

”Lho… bapak gimana sich… tadi katanya jualan topeng!!!” Lelaki itu tiba-tiba berkata dengan marah.

“Iya, saya memang jualan topeng tapi bukan topeng seperti yang ada dalam catatan bapak,” jawab Pak Dahlan mencoba bersikap sabar.

“Ah… bapak ini benar-benar payah. Percuma saja saya bicara dengan bapak!!!” Lelaki itu kemudian pergi meninggalkan Pak Dahlan. Setelah menutup pintu mobil dengan suara keras, ia segera menggeber mobil sedan BMWnya dengan kesetanan.

“Oalah… manusia memang aneh. Jelas-jelas topeng itu selalu dipakai tiap hari… lha kok masih saja nyari-nyari di tempat lain. Sudah gitu pake acara marah-marah segala… Ah… dasar…!” guman Pak Dahlan sambil mengelus dada.

*) apakah kita juga (suka) menggunakan topeng dalam kehidupan kita?

10 komentar:

Unknown mengatakan...

saya suka dengan kata yang berwarna itu...

LolidsOfficialBlog mengatakan...

bagus maz postny.. jaman skrg sdh byk yg mmakai topeng dbndingkan mlepas topengny... menyapa sahabat sambil ronda keliling.. trmkasih knjunganx dblog LOL1ds.. :)

Rossbaru mengatakan...

bener nih, banyak yang nggak merasa klo dirinya hidup dibalik topeng2 kepalsuan

namaku wendy mengatakan...

lupa yah kalo topengnya udah terpasang hehehe sampe lupa ngelepas gitu, gak keliatan? nih..nih..*sodorin cermin biar bisa ngeliat topengnya dgn jelas* masih kurang juga kah;)

Unknown mengatakan...

wah..ntar klo topengnya dibuka, trus keliatan mukanya jelek banget gmn??? Ntar pada lari susah donk kita, ga punya penggemar.. hehehehe..

lina@happy family mengatakan...

Jadilah diri sendiri apa adanya, ngga perlu repot2 pake topeng, gitu kan Mas?

reni mengatakan...

Nice post mas..!!
Memang harusnya kita puas dengan apa yang kita miliki. Gak perlu lagi pake topeng... karena apa yang kita miliki adalah yang terbaik dariNYA.

Yanuar Catur mengatakan...

wah, kalau aku pernah trauma nih ama topeng
masak wajah asliku gini dibilang pake topeng
gmn gag marah coba, emank sich wajahku wajah penuh kasih, alias memelas
hehehehehe

Unknown mengatakan...

cerita yg penuh sindiran ya...nice.

Fanda mengatakan...

Harus kuakui bahwa dalam hidup sehari2 tak bisa terhindarkan utk kadang 'mengenakan' topeng. Mungkin itu di kantor, ketika kita tak setuju dgn keputusan bos, tapi harus memasang wajah manis dan pura2 setuju. Atau ketika kita tak suka dgn seseorang, tapi kita harus tersenyum saat ia berbicara dgn kita. Topeng2 itu memang skalanya kecil, tapi memakainya terus sepanjang hidup sering membuat lelah jiwa.