Minggu, 18 Januari 2009

Ibu

Misa pertama baru saja usai. Orang-orang bergegas meninggalkan gereja. Aku melihat seorang ibu muda yang tengah hamil tampak sedang kesulitan waktu hendak berjalan. Tangannya berkali-kali memegang perutnya yang kelihatan begitu besar dengan tertatih-tatih melangkah sambil digandeng oleh suaminya.

Siang harinya, waktu aku mengikuti misa arwah di rumah orangtua seorang rekan kerjaku. Ada pernyataan yang menarik perhatianku, yang diungkapkan oleh rekan tersebut. Ia berkata, “Terima kasih atas bantuan dan perhatian yang telah diberikan kepada ibu saya. Ibu saya sudah tua dan hidup sendiri. Sementara kami, anak-anaknya, hidup dan tinggal di kota lain. Mohon maaf, jika selama ini ibu saya sudah merepotkan bapak dan ibu sekalian…”

Menyinggung peran seorang ibu dalam kehidupan kita memang tidak akan pernah tergantikan. Ibu yang rela bertaruh nyawa demi menghadirkan kita di dunia ini. Ibu yang setia merawat, mengasihi dan mempersiapkan kita agar bisa mandiri dalam menghadapi kerasnya hidup. Ibu yang tetap setia menjaga, mendoakan dan tersenyum bahagia ketika melihat anak-anaknya berhasil.

Sebagai anak entah disadari atau tidak terkadang kita melupakan keberadaan seorang ibu. Mungkin karena deraan pekerjaan dan kesibukan yang tiada henti. Tempat yang berjauhan. Atau juga karena keengganan sebab ada suatu masalah.

Mari kita singkirkan semua penghalang tersebut. Kita kembali kepada ibu yang selalu setia untuk kita. Kita berikan waktu, perhatian dan segenap kasih selama Tuhan masih memberikan waktu untuk kita. Karena walau bagaimanapun balasan yang kita lakukan tidak akan pernah sepadan dengan pengorbanan yang sudah diberikan oleh ibu kita masing-masing.

Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang demi aku anakmu
Ibuku sayang sudah jauh berjalan
Walau tapak kaki penuh darah penuh nanah

Seperti udara kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas… ibu…


(lagu ibu oleh Iwan Fals)

Tidak ada komentar: