Rabu, 14 Januari 2009

Melanggar

Perempatan Jalan Pandaranan siang itu terlihat sangat panas. Beberapa mobil di depanku masih berjalan, saling berebut ingin mendahului padahal lampu lalu lintas masih menyala merah. Sementara di bagian jalan lain mobil dan motor juga tengah berjalan. Semuanya kemudian bertemu di satu titik. Dan akibatnya bisa ditebak, timbul kemacetan dan terjadi kesemrawutan. Tidak ada yang berusaha untuk mengalah hingga bunyi bel klakson nyaring terdengar di sana-sini sambil sesekali terlontar umpatan-umpatan kasar tanda ketidaksabaran.

Mungkin pengalaman seperti ini juga pernah kita alami (seberapa seringkah?). Terkadang kita hanya sebagai penonton tapi sering pula kita bertindak sebagai pelaku. Ketika menjadi penonton, kita merasa jengkel dengan perilaku orang-orang yang melanggar lampu lalu lintas karena mereka membuat perjalanan kita jadi tersendat. Namun saat kita menjadi pelaku yang menyebabkan kesemrawutan itu, kita hanya bisa diam ketika orang lain memandangi kita dengan mata melotot, sambil berkata dalam hati, “Emang gue pikirin...”

Nah, jika sesuatu yang nampak saja begitu sering kita langgar, bagaimana dengan perintah dan larangan Tuhan? Seberapa seringkah kita mengikuti perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya? Atau justru selama ini kita selalu menuruti ego kita dan melanggar perintah serta larangan-Nya?

Maka, baiklah kita mawas diri. Berani melihat apa yang selama ini sudah kita lakukan. Berani bertanya, apakah aku sudah melakukan pelanggaran? Jika memang demikian, marilah kita segera membenahi diri sebab dari setiap pelanggaran yang sudah kita perbuat telah menyebabkan orang lain menderita. Pun Tuhan yang di atas sana pasti akan sangat kecewa dan bersedih.

Tidak ada komentar: