Hari ini tepat tgl. 15 Januari 2009, harga premium turun untuk yang ketiga kalinya. Berbarengan dengan turunnya harga tersebut, presiden SBY meminta agar tarif angkutan juga diturunkan sebesar 10%. Ada yang setuju. Namun banyak juga angkutan yang ogah mengikuti ajakan ini. Mereka berdalih besaran tarif angkutan tidak hanya ditentukan oleh harga BBM tapi justru yang utama adalah harga onderdil/spareparts.
Turun seringkali menjadi pengalaman yang tidak enak dan sedapat mungkin hendak dijauhi. Turun harga ketika lagi enak-enaknya menikmati keuntungan yang berlipat ganda dari harga yang tinggi. Turun dari jabatan yang sudah sekian lama disandang, yang telah memberikan berbagai kemudahan dan fasilitas-fasilitas. Turun tahta dari kedudukan sebagai pemimpin (bisa pemimpin kelompok dalam masyarakat, organisasi, pemimpin partai, hingga presiden) menjadi golongan rakyat biasa yang tidak memiliki kekuasaan apa-apa. Mereka pasti 'ngelesss' dan berusaha mati-matian untuk mempertahankan apa yang sudah lama dinikmati.
Tentu kita masih ingat dengan cerita tentang almarhum Soeharto, Presiden ke-2 RI. Selama 32 tahun ia berkuasa menjadi pemimpin negeri ini. Di satu sisi banyak kemajuan yang sudah dicapai. Namun di sisi lain begitu banyak pula kemunduran yang harus dialami. Kebebasan berdemokrasi yang diberangus. Praktek-praktek kolusi, korupsi dan nepotisme yang semakin menggurita dan membudaya. Juga upaya-upaya melanggengkan kekuasaan secara sistematis. Akhirnya, rakyat bergerak dan Soeharto pun harus turun tahta secara menyakitkan.
Turun-naik, atas-bawah adalah pengalaman hidup yang mesti dialami oleh setiap manusia. Sebab hakikatnya hidup ini ibarat gerakan roda pedati, begitu kata orang bijak. Perputaran roda akan selalu membawa dua kemungkinan, di atas dan di bawah. Turun dan naik. Saat kita sedang berada di atas (naik), pertama-tama yang mesti kita lakukan adalah bersyukur. Mensyukuri segala kesempatan dan anugrah yang telah diberikan-Nya untuk hidup kita. Kedua, mawas diri. Posisi di atas hendaknya juga membuat kita selalu mawas diri. Mengapa dan bagaimana aku bisa sampai di posisi ini? Apa yang harus aku lakukan dengan posisiku saat ini? Apakah akibat posisiku saat ini membuat aku menjadi egois dan bersikap ‘EGP’ terhadap masyarakat di sekitarku? Ketiga, bersiaga. Saat tengah berada di atas sebaiknya juga membuat kita selalu bersiaga dan bersiap sedia jika suatu saat gerakan roda itu membuat posisi kita menjadi turun. Dengan demikian kita tidak akan pernah berkata, “Ogah Turun Ahhhhh….!!!!!”
Sebaliknya, bagi kita yang saat ini tengah berada di bawah (turun), kita juga sangat perlu untuk bersyukur. Bersyukur dan menerima segala sesuatunya dengan penuh keiklasan. Setelah itu kita menata hati dan sikap agar jika suatu saat kita mendapat kesempatan untuk berada di atas tidak membuat kita menjadi lupa diri dan sombong. Membuat kita menjadi OKB (Orang Kaya Baru) dan ODJKB (Orang Dengan Jabatan dan Kekuasaan Baru) yang bertindak membabi buta dan berprinsip AJI MUMPUNG.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar