Suatu ketika saat mengantre pembayaran di kasir sebuah swalayan terkenal di kotaku, aku sempat membaca sebuah kalimat yang tertempel di kaca sebelah kasir. Kalimat itu berbunyi, “Anda berhak mendapatkan souvenir/kenang-kenangan apabila kasir kami lupa (tidak) mengucapkan terima kasih" (maaf, kalimat persisnya agak lupa…). Maksud dari tulisan ini jelas, yaitu mengingatkan agar kasir selalu mengucapkan terima kasih kepada pelanggan dan bila hal itu tidak dilaksanakan, pelanggan berhak menegor kasir dan meminta sebuah kenang-kenangan sebagai gantinya.
Terima kasih, kata yang sudah teramat sering kita dengar dan (mungkin) pernah kita ucapkan. Terima kasih ketika ada seseorang yang menawarkan tempat duduknya kepada kita yang sedang berdiri di dalam bis yang penuh sesak. Terima kasih pada bapak satpam yang membukakan pintu dengan seulas senyum di bibir. Terima kasih pada ibu yang sudah mengandung dan merawat kita dengan penuh keiklasan dan kesungguhan hati. Terima kasih kepada bapak-bapak polisi yang mau mengatur jalan saat lampu lalu lintas tidak berfungsi. Terima kasih pada teman sekantor yang telah mengingatkan jadwal meeting hari ini. Terima kasih pada istri yang setiap hari mencuci dan menyetrika baju kita. Terima kasih pada ibu bapak guru yang masih setia mengajar tiap hari. Terima kasih pada orang-orang yang mau menolong disaat kita mengalami suatu kecelakaan. Dan masih banyak terima kasih terima kasih yang lain.
Ucapan terima kasih menjadi tanda kepedulian. Peduli dan merasakan bahwa orang lain (siapa pun itu) telah melakukan kebaikan kepada kita. Selain itu ia juga menjadi sebuah ungkapan penghargaan. Namun hendaknya terima kasih yang telah terucap tidak hanya berhenti begitu saja tetapi dapat kita wujudkan kembali dengan memberikan kebaikan pada orang lain yang sedang membutuhkan. Maka marilah kita saling berterima kasih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar