Jumat, 09 Januari 2009

Sinetron

Apa yang paling digemari ibu-ibu saat waktu senggang di siang hari (setelah semua urusan rumah tangga selesai)? Jawabnya adalah sinetron. Apa yang menemani sebagian besar waktu keluarga di malam hari? Jawabnya juga sinetron. Yah, sinetron saat ini memang tengah merajai tayangan di berbagai stasiun televisi. Pagi ada sinetron, siang ada sinetron, malam apalagi.

Sinetron lewat beragam kisahnya telah berhasil menghipnotis sebagian besar pemirsanya. Hal ini paling tidak sudah terbukti di rumah ibuku. Di sana mulai dari jam 6 sore hingga jam 11 malam tayangan paling favorit adalah sinetron. Jam 6 sinetron A. Jam 7.30 sinetron B. Jam 9 sinetron C. Begitu seterusnya. Paling gawat jika ada beberapa sinetron yang tayang secara bersamaan, wah pasti dech… remote menjadi sasaran pijit-pijit untuk berpindah-pindah chanel. Hal yang menggelikan, ibu kadang terbawa perasaan ketika ada tokoh-tokoh jahat yang bertindak keterlaluan terhadap tokoh baik. Beliau bisa ‘nggetem-nggetem’ sendiri seolah-olah ingin melakukan sesuatu untuk membalas tindakan tersebut.

Sebenarnya mengapa kita menonton sinetron? Apa yang bisa kita peroleh ketika selesai menonton sebuah sinetron? Sekedar ingin mendapatkan hiburan setelah seharian bekerja. Untuk mengisi waktu senggang. Atau ingin mempelajari sesuatu lewat tokoh-tokoh dalam sinetron. Tentu akan ada beragam alasan yang bisa dikemukakan. Idealnya memang lewat tayangan sebuah sinetron kita bisa belajar sesuatu. Sesuatu tentang hidup. Namun celakanya, tidak semua sinetron mengajarkan hal yang baik (tidak semua sinetron baik untuk ditonton). Mungkin hanya ada satu sinetron yang baik diantara berpuluh-puluh sinetron yang ditayangkan.

Khusus untuk sinetron Indonesia, ada beberapa hal yang bisa dicatat: pertama, pemerannya pasti ganteng-ganteng dan cantik-cantik. Bahkan untuk pemeran pemulung dan orang paling miskin sekalipun. Lucu!? Kedua, ceritanya terlalu panjang dan endak tahu mau dibawa kemana. Pada awalnya emang kelihatan bagus, tapi setelah jadi sinetron yang paling digemari, ceritanya dibikin molor persis kayak karet. Akhirnya, ndak masuk akal banget. Ketiga, banyak sekali tokoh jahat (pemerannya seringkali wanita). Kadang mereka itu jahatnya minta ampuunnn…, dengan kata-kata yang ndak pantas dan akting yang berlebihan. Keempat, banyak kebetulannya. Kebetulan dapat kenalan karena tabrakan di lorong sekolah atau di supermarket. Kebetulan ketemu orang yang sudah dicari-cari sekian lama dll. Kelima, ceritanya seragam. Banyak sinetron yang tayang tapi sebenarnya ceritanya mirip-mirip semua.

Tidak ada komentar: