Rabu, 18 Maret 2009

Beruntung?

Seorang teman yang aktif dalam pelayanan di gereja pernah mendapat hadiah mobil dari sebuah perusahaan telekomunikasi. Hadiah ini didapat karena pada saat acara pengundian doorprize hadiah utama yang diselenggarakan perusahaan tersebut, nama teman kamilah yang muncul. Waktu itu istriku bilang, “Wah betapa beruntungnya Mas Edi itu ya mas, udah punya mobil… eh.. tau-tau sekarang dapet hadiah mobil baru, gratis lagi…” Aku hanya tersenyum mendengar perkataannya.

Beda dengan aku dan istriku. Dalam berbagai acara pengundian doorprize, kami selalu tidak pernah beruntung. Boro-boro dapat hadiah utama, hadiah hiburan yang paling minim pun jarang kami dapat. Entah kenapa, mungkin kami memang ndak punya hoki.

Acapkali, masalah beruntung dan tidak beruntung timbul karena pikiran manusia. Dan karena berasal dari pikiran manusia maka penilaian ini selalu berkaitan dengan sesuatu yang terlihat (nyata) dan yang bisa dirasakan. Seorang gadis dengan paras rupawan dan tubuh yang indah selalu dikatakan lebih beruntung bila dibandingkan dengan gadis gembrot atau kurus yang berwajah pas-pasan. Demikian pula dengan pria ganteng yang bertubuh atletis. Orang dengan jabatan tinggi, punya banyak mobil berharga ‘wah’ dan rumah mewah di banyak tempat juga dikatakan lebih beruntung bila dibandingkan dengan orang-orang miskin yang hanya tinggal di gubuk-gubuk reot.

Benarkah demikian? Mungkin ya kalau hanya sebatas secara lahiriah saja, yang hanya keliatan kulit luarnya. Tapi coba kalo ditengok lebih ke dalam lagi. Dalam kasus teman saya, mungkin kita nggak tau kesulitannya saat harus mengumpulkan uang (dalam waktu singkat) untuk membayar pajak undian. Trus juga uang yang nantinya harus dikeluarkan untuk BBM dan biaya perawatan mobil tersebut. Kemudian untuk yang punya wajah cantik dan ganteng, mungkin saja mereka enggak ngerasa beruntung. Sebab karena semua itu, hidupnya jadi lebih boros. Pikirannya jadi pingin macem-macem yang berujung pada tindakan negatif. Dan mungkin juga kebiasaan yang enggak baik justru lebih banyak dimiliki oleh mereka. Sikap sombong, meremehkan orang lain, suka berkata-kata kasar, demen gossip. Enggak enak di kuping kan kalo ada orang yang kemudian nyeletuk, “Ih… cantik-cantik kok ngomongnya kasar kayak gitu…” Wah… wah… wah…

Pun setali tiga uang dengan orang-orang yang punya jabatan tinggi n’ kekayaannya bejibun. Kalo yang dimilikinya itu dari hasil keringat sendiri sih bolehlah kalo kita sebut tu orang beruntung banget. Tapi coba kalo ternyata kekayaannya dari hasil koprupsi trus jabatan tinggi yang dimiliki digunain untuk hal-hal yang enggak baek. Ih… amit-amit!!! Boro-boro beruntung… bisa-bisa malah ditangkap ama KPK untuk dijeblosin ke dalam bui. Nah!

Makanya, gak usah ngeliat orang dari luarnya saja sebab yang terlihat baik belum tentu juga baik di dalamnya (begitu sebaliknya dengan yang keliatan enggak baek). Kayak kalo kita makan jambu air. Mungkin aja keliatannya mulus dan menggairahkan. Pas dibuka… ih… ternyata banyak ulet di dalamnya. Serem kan…!!!

Tidak ada komentar: