Beberapa waktu yang lalu, di Gerejaku diadakan Misa Imlek. Diluar perhitungan panitia, ternyata umat yang hadir begitu banyak sehingga tempat yang sudah disediakan tidak mencukupi. Banyak umat yang akhirnya tidak kebagian tempat duduk. Namun beberapa umat tampaknya tidak kekurangan akal. Mereka berusaha mencari kursi-kursi di tempat lain. Kebetulan di ruang sebelah sekretariat gereja tersedia kursi-kursi plastik yang biasanya digunakan untuk acara rapat. Segera mereka mengambil kursi-kursi tersebut dan membawanya ke halaman gereja untuk dipakai mengikuti misa. Dua jam kemudian Misa Imlek berakhir. Umat berbondong-bondong meninggalkan gereja. Beberapa saat gereja kembali sepi. Dan kursi-kursi itu ternyata masih tergeletak di halaman...
Sari berjalan mondar-mandir sambil menggerutu. Sejenak kemudian ia melihat jam tangan yang melingkar di tangannya. Entah sudah berapa kali ia melakukan hal ini. Terngiang kembali apa yang dikatakan Antok beberapa hari yang lalu. “Sar, besok Senin kita rapat persiapan Paskah ya. Jam 7 tepat, lho.” Jam 7 tepat? Uuhhh, yang bener aja, ini udah jam 7.30 tapi belum ada seorangpun yang nongol, batin Sari. Ketika kebosanan yang meluap mengajaknya untuk bergegas meninggalkan tempat itu, Antok datang dengan terburu-buru. “Maaf Sar…. terlambat.”
Jam istirahat siang. Heru baru saja sampai di rumah. Ia sedang memarkirkan motornya ketika matanya melihat sebuah pot berisi tanaman adenium di rumah tetangga depan rumahnya terjatuh. Tanah dalam pot itu terburai dan berserakan di mana-mana sementara sang tanaman yang baru saja mulai belajar berbunga terkulai tanpa daya, layu. “Apakah aku perlu membereskan pot itu dan mengembalikannya seperti semula atau kubiarkan saja, toh pot itu bukan milikku… dan rasa-rasanya nggak ada untungnya bagiku,” begitu perang di batin Heru. Dan akhirnya, setelah beberapa saat dalam kebimbangan, Heru segera bergegas masuk ke dalam rumah tanpa mempedulikan pot itu.
Misa baru saja mulai. Carmen tengah bersiap menyanyikan lagu pujian ketika ia melihat seorang ibu yang duduk di sebelahnya. Ibu itu tidak membawa apa-apa. Tanpa berpikir panjang, Carmen segera mengansurkan buku panduan misa yang sedang dipegangnya ke hadapan ibu itu, dengan harapan agar ibu itu juga dapat mengikuti misa dengan baik. “Trimakasih, nak,” ucap ibu itu, lirih.
“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar” (Lukas 16:10).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar