Jumat, 13 Maret 2009

Yang Nampak Itu...

Basir, seorang penjaga sebuah klenteng di Gang Baru, Semarang Tengah, diamankan petugas Koramil dan Polsek Kalibanteng Kamis (12/3) siang. Sudah lima bulan belakangan ini, ia berlagak laiknya tentara dengan mengenakan seragam dan celana doreng, serta sepatu lars agar mempunyai daya tarik saat berkenalan dengan seorang gadis. Dan ia berhasil memperdayai bahkan mencabuli seorang gadis kenalannya sebut saja, Friska (18) warga Tawangsari, Semarang (Suara Merdeka, 13 Maret 2009).

Bagi kebanyakan orang, pakaian memang bisa memberi pengaruh yang begitu besar. Di tempat pesta atau tempat-tempat pertemuan, kita akan lebih menghormati orang-orang yang berpakaian mewah daripada orang yang berpakaian seadanya dan kelihatan kusam. Apalagi jika yang memakai orang yang punya jabatan tinggi. Bisa dipastikan kita akan segera tergopoh-gopoh menyambutnya dan segera menyilakannya untuk menempati tempat duduk yang paling depan (terhormat). Begitu pula jika berada di mal-mal atau saat berbelanja di department store. Orang dengan kemeja lengan panjang dengan wangi parfum yang menyengat serta sepatu hitam mengkilat, akan cepat mendapatkan pelayanan. Berbeda kalau yang lagi belanja orang yang pakaiannya sederhana, hanya pakai sandal jepit sambil mengepit buntelan sarung. Pasti dech… pramuniaga toko akan terus melototin tuh orang… sambil berpikir… wah jangan-jangan… Padahal di dalam buntelan sarungnya itu tersimpan uang receh yang jumlahnya jutaan. Ketipu, kan? Lagi, ketika di jalanan… orang pasti akan lebih menghormati orang-orang berseragam. Contoh paling nyata, polisi lalu lintas. Saat di perempatan jalan, kalo pas lagi enggak ada polisi… kadang (atau sering ya???) kita nggak peduli dengan lampu lalu lintas. Meski nyalanya merah, tetep aja jalan. Mumpung gak ada petugas, begitu dalih kita. Tapi pas ada polisi yang jaga dengan wajah galak, kita jadi mengkeret. Yang semula brani nglanggar jadi alim kayak anak mama. Juga, mumpung lagi berseragam, ada beberapa oknum polisi yang terus bikin tugas akal-akalan, prit sana.. prit sini… mbrentiin mobil dan sepeda motor yang lagi jalan. Periksa sana periksa sini, lalu bikin tuduhan ngawur (karena tanpa bukti dan hanya dibuat-buat)… trus main tilang… yang ujung-ujungnya… biar dapet ‘uang damai’.

Pakaian mungkin memang penting. Tapi yang paling utama tetep… adalah hatinya, perbuatannya, tingkah lakunya. Percuma aja ngakunya pejabat tinggi, yang selalu berganti-ganti jas mahal, tetapi sukanya nyalahgunain wewenang. Bikin peraturan yang menyengsarakan rakyat. Trus juga ‘biasa’ main tilep sana sini… biar kekayaannya makin menumpuk. Percuma aja berpakaian modis dan selalu wangi kalau masih demen omong kasar sama orang lain…, suka bikin orang lain tersinggung. Percuma aja penampilannya selalu mutakhir tapi enggak pernah peduli dengan lingkungan sekitar. Untuk yang satu ini, ada satu reality show di sebuah televisi swasta yang bisa jadi rujukan. Nama acaranya MINTA TOLONG. Dalam banyak episode, selalu dan hampir selalu… orang-orang yang kelihatannya berpendidikan tinggi, dengan pakaian rapi dan bagus, tidak pernah tergerak hatinya untuk memberikan pertolongan bagi mereka yang sedang membutuhkan… orang-orang ini justru terlihat jijik dan merasakannya sebagai gangguan. Pertolongan justru diberikan oleh orang-orang kecil dari kelompok yang hidupnya cukup sederhana dan pas-pasan. Aneh, bukan?

Jadi, sekali lagi, jangan hanya suka liat luarnya aja, dari pakaiannya, penampilannya. Liat juga apa yang dikatakannya, bagaimana tutur katanya, bagaimana tingkah lakunya, perbuatannya, juga apakah ia peduli dengan lingkungan sekitarnya? Kalau semuanya oke (sepanjang bukan rekayasa lho!!!) berarti memang ia orang yang patut kita hormati dan kita teladani.

Tidak ada komentar: