Suatu ketika seorang teman pernah bertanya begini kepadaku, “Di, seandainya Tuhan memberi kesempatan kepadamu untuk terlahir kembali, apa yang paling engkau inginkan dengan kelahiran tersebut?” Sejenak aku terkesiap mendengar pertanyaan ini. Lahir kembali? Bukankah itu tidak mungkin, ujar batinku.
Beberapa saat aku terdiam. Kulihat ia tampak sungguh-sungguh dengan pertanyaan tersebut. Karena masih bingung hendak menjawab apa, lontaran pertanyaan itu kukembalikan lagi kepadanya, “Kalau engkau sendiri yang diberi kesempatan itu, apa yang akan kamu lakukan?”
“Wah, ditanya kok malah balik tanya!” jawab temanku sedikit kesal. Sejenak ia menarik nafas panjang. Ditatapnya aku dengan mimik wajah yang teramat serius. “Kalau aku diberi kesempatan itu, aku ingin lahir kembali menjadi diriku yang baru.”
Aku masih bingung mendengar jawabannya.
“Kamu adalah sahabat karibku semenjak kecil. Tentu kamu tahu apa yang sudah aku lakukan hampir di sepanjang hidupku. Berbagai perbuatan jahat sudah pernah aku lakukan. Mulai dari menjambret, mencuri, menodong, memperkosa hingga membunuh orang. Puluhan kali pula aku merasakan pahitnya hidup di penjara.” katanya.
“Bukankah saat ini engkau sudah bertobat?” tanyaku.
“Aku memang sudah bertobat dan berjanji tidak akan pernah melakukan hal seperti dulu lagi. Tapi rasanya semua itu masih kurang. Seringkali aku melihat orang-orang memandang jijik kepadaku. Aku sadar, aku ini memang bekas maling, bekas rampok, bekas pembunuh dan entah bekas-bekas apalagi.” ujarnya.
“Apalah artinya bekas. Yang terpenting kan apa yang kau lakukan saat ini. Semua orang pasti mempunyai masa lalu. Kadang masa lalu itu tidak seperti harapan kita dan ingin sekali kita buang jauh. Tapi toh itu tidak mungkin karena masa lalu adalah bagian dari kehidupan kita. Boleh kita menyesal tapi yang utama bukankah kita bisa belajar dari masa lalu tersebut untuk menata kehidupan yang lebih baik?” tegasku.
Seperti halnya Yesus yang datang ke dunia untuk memanggil orang-orang berdosa, Ia tidak pernah melihat masa lalu kita. Ia akan selalu menerima (walau kita begitu hitam dan berkarat) jika kita sungguh-sungguh bertobat dan mau merubah diri sesuai dengan kehendak-Nya. Seperti juga hari baru yang selalu dianugerahkan-Nya untuk kita. Hari yang baru. Kelahiran baru. Juga kesempatan untuk kehidupan baru yang lebih baik.
Tuhan,
Syukur atas kehidupan yang selalu Engkau berikan kepada kami lewat hari yang baru
Terangi kami, agar kami mampu semakin dekat denganmu
Kuatkan dan teguhkan kami dalam menghadapi segala godaan
Hingga dari hari ke hari
Kami semakin pantas dan layak di hadapan-Mu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar