Kisah ini aku alami beberapa tahun yang lalu. Ketika mengingatnya kembali, aku sungguh merasakan betapa Tuhan begitu mencintai aku. Aku bersyukur karena Ia sudah berkenan membuat satu mukjijat untuk keluargaku.
Saat itu adalah hari Minggu. Aku dan istriku berniat hendak mengunjungi adik yang tinggal di kota lain. Rasanya sudah kangen sekali dengan Yudha, keponakan kami yang sedang nakal-nakalnya. Pagi-pagi sekali, kami sudah meninggalkan rumah, mengendarai motor menuju ke desa Jambu di wilayah Ambarawa. Ini adalah pengalaman pertamaku pergi ke luar kota naik sepeda motor.
Setelah hampir dua jam perjalanan melewati Ungaran, Karangjati, Bawen, Ambarawa dan kemudian merasakan jalanan desa Jambu yang berkelok-kelok dan mendaki (bahkan kami sempat terjatuh dua kali dari sepeda motor), kami tiba di rumah adik kami dengan selamat. Segera kami berkangen-kangenan dengan keluarga adik, bercanda dengan keponakan dan beristirahat untuk melepas lelah.
Tak terasa sore sudah menjelang. Istriku mengingatkanku agar jangan pulang terlalu sore karena jalanan pasti sangat ramai. Aku hanya mengiyakan. Setelah berpamitan, kami segera meninggalkan rumah adik untuk kembali ke Semarang. Awalnya perjalanan kami terasa lancar. Namun ketika hampir memasuki kota Semarang terjadi sesuatu yang tidak akan pernah kami lupakan. Entah bagaimana kejadiannya, aku tidak tahu karena saat itu aku sedang asyik-asyiknya mengendara dengan kecepatan yang cukup tinggi di tengah jalanan yang ramai (padahal istriku sudah mengingatkan agar jalan di pinggir saja dan ndak usah ‘kenceng-kenceng’ tapi dasar akunya yang ‘ndableg’…), tiba-tiba saja ada bis malam yang memepet dan menyerempet kami. Namun berkat kekuatan-Nya, aku berhasil mengendalikan kendaraanku hingga kami tidak terjatuh. Segera kami menepi. Kendaraanku hanya sedikit lecet dengan kaca spion sebelah kanan yang sudah hilang (tinggal gagangnya saja). Sementara kulihat istriku sangat syok hingga tubuhnya gemetaran. Ada bulir-bulir bening di matanya. Aku yang juga syok, tidak tega melihat keadaan istriku. Segera kudekap dia. Kukecup keningnya sambil berulangkali meminta maaf. Setelah beberapa saat dan ketegangan mereda, kami melanjutkan perjalanan.
Sungguh, kejadian ini adalah mukjijat Tuhan. Entah apa yang terjadi jika saja kami terjatuh? Entah apa yang akan menimpa kami? Saat membayangkannya, aku bergidik ngeri.
Tuhan, kami berterimakasih atas penyertaan-Mu
Kami bersyukur karena Engkau melindungi kami dari marabahaya
Ampuni kami karena kami sering melupakan-Mu
Kini, kami serahkan seluruh hidup kepada-Mu
Sang Maha Cinta dan Maha Penyelenggara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar