Minggu, 15 Februari 2009

Termehek-mehek

Sore ini aku menyempatkan waktu untuk menonton sebuah reality show yang ‘kata orang’ popularitasnya sudah menyaingi sinetron yaitu TERMEHEK-MEHEK. Saking populernya acara ini sampai pernah dibahas panjang lebar dalam sebuah surat kabar. Ini yang membuat aku begitu penasaran.

Episode kali ini berdasarkan pengaduan seorang ‘klien’ yang ingin mencari seseorang bernama AHMAD, yang menghilang entah kemana. AHMAD adalah pacar anaknya yang tuli. Setelah mendapatkan pengaduan ini segera tim TERMEHEK-MEHEK (TM) mencari keberadaan AHMAD berdasarkan informasi yang sudah diterima. Penelusuran pertama mendapatkan fakta bahwa ternyata AHMAD hanyalah seorang SATPAM padahal menurut cerita ‘klien’ AHMAD itu seorang arsitek. Penelusuran selanjutnya mempertemukan Tim TM dengan teman AHMAD yang diduga tahu keberadaan AHMAD. Selanjutnya cerita bergulir kepada keluarga-keluarga yang anaknya pernah dipacari AHMAD. Ada satu kesamaan. Gadis-gadis yang dipacari AHMAD adalah anak orang kaya yang memiliki ‘kekurangan’. Dari sini kemudian terkuak beragam kebohongan yang telah dilakukan AHMAD. Pada akhir cerita ketika ‘klien’ sudah berhasil dipertemukan dengan AHMAD (yang ternyata sudah memiliki istri), kemarahan tidak terbendung lagi. Lisa, anaknya yang tuli sampai-sampai tidak dapat menahan diri dan terus memukuli AHMAD. Dan akhirnya, AHMAD (juga) harus termehek-mehek di hadapan istrinya karena kebohongannya selama ini telah terbongkar hingga ia harus bersujud-sujud meminta maaf. Namun apa daya, nasi telah menjadi bubur…

Sungguh sebuah reality show yang cukup menarik. Di sana tidak ada kepura-puraan. Yang terpampang adalah cerita dan perilaku yang begitu jujur dari para ‘pelakonnya’. Dan karena begitu jujurnya, ketika kebenaran itu akhirnya terkuak, kita dapat melihat beragam ekspresi dan tindakan yang kemudian terjadi.

Kembali kepada kisah AHMAD. Barangkali apa yang dilakukan AHMAD juga (seringkali) kita lakukan. Membohongi orang lain demi keuntungan diri sendiri. Saat kebohongan itu kemudian terbongkar, kita begitu mudah meminta maaf tanpa pernah mau melihat fakta bahwa akibat kebohongan kita selama ini telah melukai/menghancurkan orang lain.

Tidak ada komentar: