Saat ini artis Andi Soraya tengah berseteru dengan model cantik Catherine Wilson. Pangkal permasalahannya karena Andi Soraya merasa dilecehkan oleh kata-kata Keked (panggilan sayang Catherine Wilson) pada saat mereka berdua menghadiri sebuah acara di Pecatu, Bali. Andi meminta Keked untuk segera meminta maaf atas kata-kata tersebut. Karena merasa tidak ditanggapi, Andi Soraya kemudian membawa permasalahan ini ke jalur hukum dengan tuduhan bahwa Keked telah melakukan penghinaan dan mencemarkan nama baiknya di muka umum.
Maaf, barangkali kata ini tidak begitu asing dalam keseharian kita. Namun sejauhmanakah kata ini dapat mewujud dalam tindakan? Ketika tanpa sengaja, baik lewat perkataan maupun perbuatan, kita telah membuat orang lain terluka (tersinggung), apakah dengan segera kita mau meminta maaf? Atau justru malah keengganan yang tumbuh karena merasa gengsi atau (yang lebih parah) merasa bahwa tindakan kita tidak ada yang salah?
Meminta maaf dengan tulus memang membutuhkan keberanian. Terlebih, ia menuntut seseorang untuk mau berbesar hati dan melakukannya dengan penuh keikhlasan. Ikhlas dan sungguh-sungguh. Bukan ucap maaf yang hanya ada di bibir saja, yang dibuat sekedar untuk menyenangkan orang lain. Karena jika yang demikian terjadi berarti kita telah membohongi diri sendiri.
Pun dengan memberi maaf. Seandainya orang yang membuat kesalahan sudah meminta maaf, maka kewajiban kita adalah memberi maaf. Memberi maaf dengan tulus dan membiarkan segala sesuatu yang sudah terjadi hilang bersama sang waktu. Sambil terus berharap bahwa hubungan yang sempat terkoyak pulih kembali seperti semula. Karena percayalah bahwa tidak memberi maaf dan menyimpan segala sesuatu yang telah terjadi sebagai dendam justru akan menyakiti diri sendiri.
Jadi, mengapa tidak saling meminta maaf dan memberi maaf jika telah terjadi kesalahpahaman dan ketersinggungan di antara kita?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar