Rabu, 11 November 2009

Buta

Siang teramat terik. Di sebuah trotoar, dua orang buta berjalan pelan. Tangan kanan mereka memegang tongkat panjang yang diketuk-ketukkan ke tanah, untuk menandai dan memperlancar perjalanan mereka. Sementara tangan satunya, memegang sebuah pikulan yang disandarkan pada pundak mereka. Pada pikulan itu tergantung beraneka jenis krupuk.

“Krupuk… krupuk… krupuknya pak, bu…,” teriak mereka berbarengan.

Seorang ibu yang tengah melintas, berhenti sejenak saat mendengar teriakan itu. Dihampirinya dua orang buta yang tengah menjajakan krupuk itu. Setelah ‘pilih-pilih’ dan membayar, si ibu beranjak pergi sambil membawa krupuk-krupuk yang sudah dibelinya.

Kedua orang buta itu terlihat sumringah. Hari belum lagi sore tetapi krupuk yang mereka bawa tinggal sedikit. “Terima kasih Tuhan, Engkau telah melancarkan rejeki kami hari ini,” ucap salah satu orang buta itu, lirih. Setelah beristirahat sejenak, kedua orang buta itu kembali melanjutkan perjalanan.

Melihat perjuangan mereka, tiba-tiba saja aku jadi malu. Meski mengalami keterbatasan fisik, mereka tidak pernah menyerah. Mereka tetap berjuang dengan penuh kesungguhan, kejujuran tanpa mengharap belas kasih orang lain sambil terus mendaraskan syukur atas segala berkat yang telah mereka terima dari Tuhan.

Berbeda dengan aku. Meski mataku sehat, tak jarang aku gampang mengeluh jika aneka kesukaran, dan masalah hadir dalam kehidupanku. Meski aku dapat melihat lingkungan sekitarku dengan beragam pribadi yang tiap hari aku temui, sering aku bersikap acuh, tidak peduli, egois dan enggan mengulurkan tangan, memberi bantuan untuk orang-orang yang sedang mengalami kesusahan. Aku malah membiarkan hati dan pikiranku menjadi buta.

10 komentar:

setiakasih mengatakan...

Tajun-tahun belakangan ini,
aku hairan,
manusia yang jelas sempurna fisiknya,
bisa jadi lebih buta mata hatinya.

Sohra Rusdi mengatakan...

Lebih parah buta hati daripada buta mata, cerita yang bagus mas

Clara mengatakan...

iya, terkadang nda sadar saya juga sering kali ngebiarinin hati ini buta. mudah"an nda gitu terus deh, ada saatnya hati ini bisa melihat

secangkir teh dan sekerat roti mengatakan...

kadang,, tuhan memberikan suatu pelajar bukn dari oorang yang unya pengalaman dan punya duit, tapi darihal yang tidak terduga dan berekurangan

SeNjA mengatakan...

aku tercenung membaca tulisan ini mas *_*

mungkin saja mata hati ku juga tlah buta hiksss....

kadang lupa bersyukur,banyak mengeluh...dan terkadang tidak perduli...

*_*

Unknown mengatakan...

biarkan mata dan hati buta untuk melakukan hal2 yg dilarang oleh Tuhan...

Unknown mengatakan...

Banyak sekali kita jumpai seperti itu, orang yg mempunyai kekurangan secara fisik, bukan hanya buta, yang ga punya kaki, ga punya tangan aja mampu dan mau bekerja untuk melawan kerasnya hidup. Sementara kita yg diberi kesempurnaan fisik, terkadang berprilaku seakan memiliki banyak kekurangan, ga sadar akan kelebihan kita..

Fanda mengatakan...

Memang susah mas saat kita berkecukupan untuk bisa bersyukur. Mungkin karena itulah 'sulitnya orang kaya masuk surga melebihi unta masuk lubang jarum'.

fanny mengatakan...

nice post. kita memang suka spt itu ya. gak bersyukur dg kesempurnaan fisik kita.

- mengatakan...

Iya. Kita bermata, tapi lebih sering buta.