Senin, 23 November 2009

Hidup Untuk Orang Lain

Semua berawal dari sikap cuek. Itulah barangkali yang dirasakan oleh Anik Prasetyawati ketika ia dikenalkan kepada Sutardi untuk mulai menjalin hubungan yang serius. Bagi Sutardi hal ini sungguh menjadi tantangan tersendiri. Sudah berkali-kali ia menjalin hubungan, semuanya berjalan dengan mudah dan ia gampang mendapat pacar, tapi kali ini ternyata lain, ia harus berusaha dengan sungguh-sungguh. Lewat berbagai usaha yang gigih yang dilakukan Sutardi, akhirnya Anik mulai belajar untuk mencintai. Baginya mungkin inilah jalan yang harus dilaluinya setelah keinginannya masuk biara dilarang oleh orangtuanya. Terserah Tuhan kalau memang Ia memberi jalan harus berumahtangga. Jika itu yang terbaik pasti Tuhan akan memberi kemudahan, begitu keyakinannya.

Tanggal 24 Oktober 1993 mereka menikah di Paroki Ambarawa. Setelah pernikahan itu, Sutardi dan Anik tetap aktif dalam kegiatan gereja. Mereka sama-sama mengelola majalah Ragi, majalah Paroki Ambarawa. Selain itu, Sutardi juga aktif di banyak kegiatan lain. Menjadi Ketua Mudika, Ketua Lingkungan hingga Prodiakon Lingkungan. Selain itu ia juga aktif dalam kepramukaan. Bagi Sutardi, semua kegiatan itu adalah panggilan Tuhan karena ia yakin Tuhan telah mempersiapkannya sejak mudika hingga sekarang ini untuk mewartakan kabar gembira bagi orang lain.

Keluarga Sutardi bukanlah keluarga kristiani. Kedua orangtuanya adalah pemeluk kepercayaan Sapto Darmo (kejawen). Memasuki kelas 2 SMP, Sutardi mulai ikut pelajaran baptis. Setelah 3 tahun mengikuti pelajaran, 12 April 1983 ia dibaptis dengan nama permandian Fransiskus Xaverius. Sehari sebelumnya, ia terpaksa memimpin ibadat untuk orang meninggal padahal saat itu usianya baru 17 tahun. Ternyata peristiwa itu menjadi tonggak sejarah baginya karena memberi hikmah untuk menjadi berani.

Dalam hidup berkeluarga, Sutardi merasa bahwa Tuhan begitu baik. Tuhan sangat mengasihi keluarganya. Dan kasih itu sangat terasa sekali pada saat istrinya hendak melahirkan anak ketiga setelah anak keduanya keguguran saat masih dalam kandungan. Saat itu, istrinya harus dioperasi cesar setelah satu hari satu malam bayinya tidak mau keluar. Setelah operasi, ternyata terjadi pendarahan hebat hingga istrinya harus dioperasi lagi sampai lima kali. Perasaan Sutardi campur aduk, apalagi ketika dokter menyatakan bahwa nyawa istrinya tinggal 5 menit. Ia hanya bisa pasrah kepada Tuhan. Pada saat-saat kritis, Kardinal yang saat itu berkunjung ke rumah sakit, dipaksanya untuk memberkati istrinya. Setelah mendapat minyak suci dan berkat dukungan doa dari para romo, umat lingkungan, paroki maupun teman-teman kerjanya, istrinya berangsur-angsur membaik dan sehat hingga saat ini.

Karena kesibukan yang begitu banyak baik di gereja, lingkungan dan tempat kerjanya, Sutardi merasa kesulitan pada saat harus membagi waktu untuk keluarganya. Ia merasa sangat berat hingga kadang ia melupakan keluarganya. Pada saat seperti itu, istrinya selalu memberi peringatan. Kadang sering terjadi konflik, tapi bagi Sutardi dan Anik konflik adalah hal biasa yang harus dihadapi dan diselesaikan. Yang penting jangan meluapkan kemarahan di depan anak.

Dalam menjalani hidup, Sutardi berpedoman bahwa hidup bukan hanya untuk diri sendiri tetapi disiapkan untuk orang lain. Dan ia memandang kehidupan seperti air mengalir. Pasrah dan terbuka terhadap setiap rencana Tuhan. Karena baginya setiap memasrahkan segala sesuatu kepada Tuhan pasti Ia akan memberi jalan.

Bagi Anik, ia merasa sangat beruntung bersuamikan Sutardi. Ia merasa Tuhan sudah memberinya suami yang bermutu. Satu prinsip yang selalu dipegangnya bahwa hidup harus selalu berubah setiap saat untuk menuju kebaikan. Dan hal itu harus terus menerus diasah melalui berbagai peristiwa yang terjadi dalam hidup. Kadang gembira, sedih, dengan berbagai masalahnya. Semua itu harus dihadapi karena setiap kita bisa menyelesaikan masalah yang ada di depan mata, kita juga bisa menyelesaikan masalah-masalah yang lain. Jika ternyata kita tidak mampu kita bisa mohon pertolongan kepada Tuhan. Anik juga selalu memperhatikan perkara-perkara kecil apalagi jika hal itu berkaitan dengan anak. Ia berkeyakinan jika bisa menyelesaikan perkara-perkara kecil pasti ia juga bisa menyelesaikan perkara-perkara besar.

19 komentar:

Rumah Ide dan Cerita mengatakan...

Semoga Anik dan Sutardi bahagia selalu. Amin.

Lina Marliana mengatakan...

Kisah nyata yg didedikasikan untuk Ibu Anik dan Pak Sutardi ya mas..?
Nice posting.. semoga menjadi inspirasi kita untuk lebih baik lagi..

setiakasih mengatakan...

Sesungguhnya Tuhan cinta kepada umatnya yang juga mencintaiNya.

Moga mereka kukuh dalam kepercayaaannya dan meraikan cintaNya.

Suatu cerita yang cukup memberi kesedaran.

Unknown mengatakan...

sementara sy blm ada postingan,terasa segar mbaca postingan2 mas Goen
" kesabaran Sutardi dan rasa syukur anik layak menjadi contoh buat kita semua "

keep posting mas..
salam,,

ivan kavalera mengatakan...

sepertinya kisah nyata nih, mas?

Sohra Rusdi mengatakan...

Kisah yang menarik makasih mas atas doa dan dukungannya pd keluarga kami

-Gek- mengatakan...

Iya Mas, memang begitu, tidak ada yang abadi kecuali perubahan.

Dan, manusia memang tidak bisa hidup sendiri! :)

Ceritanya bagus.

Ayoe Ritma mengatakan...

Allah menciptakan manusia berpasangan dan saling melengkapi satu sama lain..
dua hal yang tidak sempurna bila disatukan dengan dengan cinta yang tulus pasti hasilnya sangat memuaskan.
Nice posting...

medica mengatakan...

rasa kesabaran yang di contohkan oleh Ibu Anik dan pak sutardi patut kita contoh.................

segar banget ya dah baca postingan mas,,,,,,

sukses selalu,,,,,

la ogi mengatakan...

nice postingan............

i like this...........

Unknown mengatakan...

Inspiratif mas......

karna hidup memang bukan hanya menerima, tapi juga memberi

makasih mas

Kang Sugeng mengatakan...

sesungg7uhnya Allah memang menyayangi umatnya yg juga menyayangi-Nya
manusia itu diciptakan berpasang-pasangan sesuai dengan keyakinan masing-masing
semoga mereka berdua selalu bahagia

phonank mengatakan...

Jadi terharu...

ambil hikmahnya saja.. ^_^

Miawruu mengatakan...

nice posting. smoga kita bs memetik hikmahnya

Clara Canceriana mengatakan...

postingan yang menggugah mas
mungkin cara saya mikir masih kek anak" jadi belom terlalu berpedoman pada hidup untuk orang lain, tapi tetep berusaha untuk belajar seperti itu
apalagi ada postingan dari mas ini ^^

RanggaGoBloG mengatakan...

hidup untuk berbagi..... udah saya follow lho blognyah...

ateh75 mengatakan...

Kisah yg menginpirasi mas goen,makasih atas pencerahahnya..

Yunisa Hidayanti mengatakan...

Oom..mau kasih tau nih. ada award buat Oom di blog aku :)
di cek ya..

Sohra Rusdi mengatakan...

saya datang untuk mengunjungi sahabat terkasih semoga selalu sehat dan mendapat berkah seperti orang-orang hebat didalam postingan aanda inin